Media Trans – Berawal dari candaan perkawanan sejumlah komika berdarah Batak pada 2014, “The Bataks”, yakni Bene Dion Rajagukguk, Boris Bokir, Gita Bhebhita, dan Lolox, usai bermain bersama dalam satu produksi film bergenre komedi, mereka ingin memiliki spin off, film sendiri, atau film yang pemeran utamanya mereka berempat, dan candaan tersebut terwujud dalam film “NGERI-NGERI SEDAP”.
Bene Dion Rajagukguk Sutradara sekaligus penulis naskah film “Ngeri-Ngeri Sedap”, mengungkapkan hal spin off tersebut saat konferensi pers dan nonton bareng media, yang diadakan di Epicentrum XXI Rasuna Said Jakarta Selatan, Rabu 25 Mei 2022.
Bene menceritakan kilas balik produksi film “ Ngeri-Ngeri Sedap” yang diproduksi rumah produksi Imajinari, didukung oleh Visionari.
Imajinari Menjadi Production House
Cerita “Ngeri-Ngeri Sedap” sudah lama jadi, yakni sejak usai terlibat produksi film di 2014, Bene sudah memikirkan cerita apa yang menempatkan The Bataks sebagai pemainnya, ujar Bene.
Bene bertemu Sutradara Angga Dwimas Sasongko pada 2021, kemudian dari pertemuan tersebut, atas saran Angga, Imajinari yang awalnya inkubator para penulis, akhirnya menjadi production house, dan ditantang Angga untuk memproduksi film sendiri, karena Imajinari sudah mempunyai stok cerita, dan cerita “Ngeri-Ngeri Sedap” yang dipilih untuk diproduksi, kilas Bene.
“Angga cukup yakin dengan cerita Ngeri-Ngeri Sedap, dan Angga memberikan keyakinan ke saya” tutur Bene.
Produksi Film “Ngeri-Ngeri Sedap”
Pada pertemuan dengan Angga yang terjadi di bulan Agustus 2021, Angga menyarankan agar Imajinari syuting tahun 2021, agar film dapat tayang di 2022.
Rumah produksi Imajinari bersama Visionari Film Fund, merilis film perdana yang berjudul “Ngeri Ngeri Sedap”.
Film yang mengangkat kisah keluarga yang hangat dan kental dengan kultur Batak, dijadwalkan tayang di bioskop mulai 2 Juni 2022.
Mengangkat dinamika dalam keluarga dengan empat orang anak, film “Ngeri Ngeri Sedap” akan menyajikan berbagai macam permasalahan dari masing-masing sudut pandang anak dan orangtua.
Ditambah lagi dengan bumbu kultur Batak, seperti aktivitas masyarakat di kedai Lapo, sarat dengan nyanyian dan lelucon segar ala orang Batak, membuat ceritanya semakin kuat.
Meski dibalut dengan kultur Batak, film ini tetap bisa dinikmati secara luas, sebagaimana disampaikan oleh Sutradara sekaligus penulis “Ngeri Ngeri Sedap”, Bene Dion Rajagukguk.
“Bagaimana juga film ini berceritakan tentang keluarga, yang kebetulan keluarganya ini keluarga Batak. Sedikit cerita sebagai gambaran, ketika syuting kan kru kami paling Bataknya 20%. Tapi ketika adegan sedih, semua menangis. Jadi tidak serta merta Batak banget,” ungkap Bene Dion Rajagukguk.
Lagipula, menurut Bene Dion Rajagukguk, pemilihan kultur Batak ini juga memiliki misi tersendiri.
Salah satunya adalah mencoba menyajikan keindahan alam Danau Toba, agar semakin banyak orang yang datang ke sana, dan dapat memajukan pariwisata di Sumatera Utara.
Apalagi Danau Toba saat ini merupakan satu dari 5 destinasi super prioritas pariwisata di Indonesia.
Selain itu, film “Ngeri Ngeri Sedap” juga ingin memajukan potensi lokal. Karenanya, dalam proses produksi, ikut melibatkan potensi lokal, seperti yang disampaikan Dipa Andika, Produser film “Ngeri Ngeri Sedap”.
“Film ini selain hampir 100% shooting di wilayah Danau Toba, juga mengoptimalkan lebih dari 100 orang dan sumber daya yang ada di sana, termasuk pemain dan kru. Bahkan beberapa pemain dan kru yang dari ibukota pun seperti pulang kampung, karena kota kelahirannya dari sana,” ungkap Dipa Andika.
Kolaborasi Komedi, Kultur, Konflik, Keindahan Alam
Sementara itu, dari segi cerita tentunya tak kalah menarik. Di mana kisah utuh film ini, harapannya dapat menyentuh hati para penonton dan mengingatkan kembali untuk menjaga hangatnya hubungan dengan keluarga.
Film yang dibintangi oleh Boris Bokir, Gita Bhebhita, Lolox, Indra Jegel, Tika Panggabean dan Arswendy Bening Swara Nasution, Bene secara apik berhasil mengemas kolaborasi komedi, kultur, konflik, dan keindahan alam, diharapkan film ini hadir dan membuat penonton menangis, terkesan, dan tertawa bersama.
Dikisahkan, keluarga Pak Domu, berlibur ke Bukit Holbung dikawasan Danau Toba, liburan yang sejatinya merupakan upaya anak-anak untuk mengatasi kisruh rumah tangga orangtua mereka.
Dari sisi pemain pun sudah tak sabar menunggu film ini tayang. Karena para pemain yakin, ada banyak orang yang relate dengan nasib anak-anak di film ini. Entah itu nasib anak sulung, anak kedua, ketiga atau justru merasa senasib dengan anak bungsu di film “Ngeri Ngeri Sedap”.
“Ada loh yang kayak begini, seperti ini. Sebagaimana Domu, karakter saya di film ini yang bahunya paling berat,” ujar Boris Bokir sebagai salah satu pemeran di film ini.
Sementara itu, Tika Panggabean, salah satu personil grup musik Project Pop, ikut menambahkan, bahwa cerita di film ini, benar-benar akan mengingatkan kita betapa pentingnya keutuhan keluarga.
“Keluarga adalah fondasi utama, kalaupun ada konflik dalam keluarga, ya sekali keluarga tetap keluarga, itu yang bisa diambil kira-kira dari film ini,” tutup Tika Panggabean.
Kekuatan cerita, berpadu dengan kemampuan acting para pemain, kecermatan Sutradara, dan dukungan produser, diperkuat dengan sentuhan tangan dingin musisi handal Vicky Sianipar.
Vicky Sianipar sebagai Penata musik dan Music Director film “Ngeri-Ngeri Sedap”, berhasil menampilkan musikalitas yang berkualitas, memadukan musik bernuansa tradisional dan kontemporer, mampu mendukung alur cerita
Sinopsis Film “Ngeri-Ngeri Sedap”
Pak Domu Purba (Arswendy Bening Swara) dan Mak Domu (Tika Panggabean) yang tinggal bersama anak perempuan satu-satunya, Sarma (Gita Bhebhita), ingin sekali tiga anak laki-lakinya: Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox) dan Sahat (Indra Jegel), yang sudah lama merantau, agar pulang untuk menghadiri acara adat bagi Opung boru nya Domu, acara adat yang disebut “Sulang-sulang Pahompu”, tetapi mereka menolak pulang karena hubungan tidak harmonis dengan sang Bapak, Pak Domu.
Pak Domu dan Mak Domu akhirnya berpura pura bertengkar, dan ingin bercerai demi mendapatkan perhatian dari anak-anaknya.
Konflik yang terjadi tidak hanya soal komunikasi antar keluarga Pak Domu, tetapi juga urusan persepsi adat.
Pak Domu bersitegang dengan Domu anak laki-laki tertuanya, menghendaki Domu menikah dengan perempuan Batak, untuk meneruskan garis adat, tapi faktanya pacar Domu gadis Sunda.
Harga diri Pak Domu sebagai orangtua Batak tradisional, merasa terusik dengan Gabe anak laki-lakinya yang jauh-jauh disekolahkan menjadi Sarjana Hukum, tapi justru Gabe menjadi artis komedian.
Belum lagi urusan dengan Sahat anak laki-laki bungsunya, Pak Domu menegaskan bahwa secara adat, Sahat akan mendapatkan warisan rumah, untuk itu diharapkan Sahat setelah lulus kuliah di Jawa, dapat pulang kampung mengurus orangtua, nyatanya justru setelah lulus, Sahat menetap di Jawa sebagai penyuluh pertanian yang handal, dan banyak membantu masyarakat.
Mak Domu sebagaimana tipikal perempuan Batak tradisional, tidak banyak berargumen atas konflik yang terjadi antara Pak Domu dengan 3 anak laki-lakinya. Mak Domu lama memendam perasaan atas perilaku Pak Domu, akhirnya pecah juga perasaan terpendam tersebut, sehingga Mak Domu ditemani boru nya, Sarma, memutuskan pulang ke rumah orangtuanya.
Sarma sebagai boru (anak perempuan) satu-satunya, sebagaimana Mak Domu, memilih mengikuti kemauan Pak Domu, sehingga Sarma harus rela putus dengan pacarnya yang bukan orang Batak, dan menjadi PNS ganti cita-citanya sebagai Chef (ahli masak).
Walaupun pesta adat untuk Opung boru Domu (Ibu dari Pak Domu), terlaksana dengan dihadiri ketiga anak laki-lakinya, Pak Domu nelangsa sendirian dirumah, ditinggal Mak Domu dan Sarma, sedangkan anak laki-lakinya kembali ke kehidupan masing-masing diperantauan.
Bagaimana Pak Domu dan Mak Domu, mengatasi konflik yang sudah terjadi lama? Apakah Pak Domu bisa membawa pulang, dan kembali bersatu dengan Mak Domu?
Saksikan film “Ngeri-Ngeri Sedap” tayang perdana 2 Juni 2022, dan dapatkan penyelesaian konflik keluarga Pak dan Mak Domu, konflik yang diistilahkan orang Medan, “Ngeri-Ngeri Sedap”. (DED)
Be the first to comment