Sati ‘Willem Iskander’ Nasution dan Todung Sutan Gunung Mulia Harahap, Tokoh-tokoh Batak Bidang Pendidikan yang Terabaikan

Media Trans – Lembaga Batak Center dalam semangat Hari Pendidikan Nasional, mengadakan focus group of discussion (FGD) dengan topik “Pemikiran Sati Nasution (Willem Iskander Nasution) dan Todung Sutan Gunung Mulia Harahap dalam Lintasan Sejarah Demi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, bertempat di Sekretariat Batak Center, Tanah Abang Jakarta Pusat, Jumat (5 Mei 2023), dan ditayangkan secara hybrid melalui Zoom dan media sosial Batak Center.

Diskusi menghadirkan 2 orang pemantik, pertama St Sularto pensiunan wartawan senior harian Kompas, penulis buku “Inspirasi Kebangsaan dari Ruang Kelas“, dalam buku tersebut Sularto menulis bahwa Willem Iskander sudah mendirikan Sekolah Guru Bumiputera (Kweekschool) pada tahun 1862 di Desa Tanobato, Panyabungan Selatan, Mandailing Natal (Madina). Pemantik kedua, Imran Hasibuan penulis buku “Todoeng Soetan Goenoeng Moelia: Menerangi Indonesia dengan Hati dan Akal Budi”; Gunung Mulia, Menteri Pengajaran RI 1946.

FGD dipandu oleh Wakil Sekjen Batak Center, Freddy Pandiangan, dan aktivis Batak Center Joe Marbun dengan sejumlah penanggap, yakni Prof. Dr. Mompang Panggabean (Guru Besar UKI, Dewan Pakar Batak Center), Prof. Dr. Johner Sitompul (Guru Besar ITB), dan Thekla Odelia Caramia br Sitompul (Aktivis Perempuan, Generasi Milenial), dan penanggap khusus Prof Bomer Pasaribu.

Suasana hybrid FGD Batak Center Hari Pendidikan Nasional

Ketua Panitia Jaya Tahoma Sirait dalam pengantar diskusi, menyampaikan bahwa Batak Center mengadakan diskusi mengupas kiprah dua Tokoh Batak yang mengabdi pada dunia pendidikan, yakni Sati Nasution dan Sutan Gunung Mulia.

“Sati Nasution setelah mengenyam pendidikan di Belanda, pada tahun 1862, mendirikan Sekolah Guru Pertama di Tano Bato, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Itu berarti 60 tahun sebelum Taman Siswa didirikan 1922 di Yogyakarta oleh Ki Hajar Dewantara,” ujar pria akrab disapa Jaya.

Lebih lanjut Jaya menjelaskan tokoh kedua, yaitu Todung Sutan Gunung Mulia Harahap, Menteri Pengajaran (sekarang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) periode 1945-1946, setelah Ki Hajar Dewantara.

“Sutan Gunung Mulia yang turut meletakkan dasar pendidikan di Indonesia ini juga Pendiri DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia), pendiri Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan salah satu pendiri Partai Kristen Indonesia,” tukas Jaya.

“Namun dalam catatan sejarah, kedua pionir pendidikan ini kurang mendapatkan apresiasi dan atensi baik dari orang-orang Batak maupun lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah,” tandas Jaya.

Jaya mengemukakan bahwa hasil diskusi, akan dirangkum dalam suatu dokumen tulisan yang akan diserahkan ke beberapa lembaga pendidikan, tokoh-tokoh marga Batak, dan tokoh-tokoh budaya.

“Kiranya buah pikiran, kontribusi dan semangat juang kedua tokoh itu bisa menjadi teladan dan diterapkan bagi generasi muda. Tentu melalui hasil diskusi ini bisa jadi pertimbangan bagi pemerintah untuk memberikan penghargaan pahlawan nasional kepada dua tokoh ini,” rangkum Jaya.

Ketum Batak Center, Ir. SM Tampubolon, berdiri berbatik

Sementara Ketua Umum Batak Center, Ir Sintong M Tampubolon saat sambutan membuka diskusi, menyampaikan bahwa Batak Center sedang menyusun buku tentang tokoh-tokoh Batak berpengaruh bagi generasi penerus bangsa, terlebih bagi orang-orang Batak, termasuk dua tokoh yang dibahas FGD saat ini.

“Diskusi ini memperkaya dan membuat Batak Center lebih percaya diri bahwa apa yang sedang kita perjuangkan tidak salah untuk menonjolkan kedua tokoh ini. Berikutnya kita akan upayakan beberapa tahap, mulai menjadikan mereka tokoh Batak dan tokoh wilayahnya dan terus kita perjuangkan hingga menjadi pahlawan nasional,” urai SM Tampubolon.

Lebih lanjut, SM Tampubolon menjelaskan bahwa, pejabat Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial RI (Kemensos) telah mempercayakan Batak Center menjadi mitra untuk menjaring tokoh-tokoh nasional yang berasal dari Tanah Batak.

“Satu-satunya organisasi yang dinyatakan oleh Kemensos sebagai mitra adalah Batak Center. Ini merupakan pengakuan dan penghargaan dari Dirjen Pemberdayaan Sosial Kemensos. Batak Center diberikan kesempatan untuk menjaring dan menganalisis tokoh-tokoh Batak untuk diproses menjadi pahlawan nasional. Kesempatan seperti ini perlu dimanfaatkan bersama-sama. Dalam diskusi ini terungkap banyak tokoh yang terlupakan. Di antaranya dua tokoh ini,” jelas SM Tampubolon.

Ki-ka : Ketum Batak Center SM Tampubolon, St Sularto, Irman Hasibuan, Sekjen Batak Center Jerry R. Sirait, dan Ketua Panitia Jaya Tahoma Sirait

Kedua pemantik dan penanggap, serta tidak sedikit peserta mempunyai opini yang sama mengenai kedua tokoh yang dibahas, yakni kedua tokoh merupakan tokoh-tokoh penting sejarah pendidikan di Indonesia, namun terlupakan dan tidak mendapatkan apresiasi sebagaimana mestinya, termasuk apresiasi dari komunitas Batak sendiri.

Minimnya literasi dan dokumentasi tentang kedua tokoh Batak tersebut, menjadi “bukti” bahwa tidak hanya masyarakat, tetapi juga pemerintah abai terhadap kesejarahan kedua tokoh ini.

Berdasar ulasan kedua pemantik dan para penanggap, termasuk Prof Bomer Pasaribu, kedua tokoh Batak tersebut sejatinya telah jauh berkiprah dan memiliki pemikiran tentang pendidikan, sebelum masa Ki Hajar Dewantoro dengan Taman Siswa nya.

Merespon berbagai tanggapan dan aspirasi dalam FGD, pengurus Batak Center, akan mengadakan forum-forum pembahasan sejumlah tokoh Batak lainnya, yang juga punya kiprah dan legacy bagi sejarah Indonesia. (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*