Rizma Simbolon, Terpuruk Pandemi Covid-19, Bangkit Karena Tuhan

Media Trans Rizma Simbolon pemeran Nauli dalam film layar lebar “Horas Amang, Tiga Bulan Untuk Selamanya” bersama artis senior Cok Simbara, Piet Pagau, musisi senior Jack Marpaung, Tanta Ginting, Novita Marpaung, dan artis-artis muda lainnya, sempat menghilang cukup lama dari jagad hiburan tanah air, karena dirinya memenuhi undangan komunitas penggemarnya di Amerika Serikat bulan Juni kemarin, dan tiba kembali di Indonesia 11 Desember 2021.

Lama tidak terdengar kiprahnya ditanah air, Rizma mengemukakan kisah hidup yang dialaminya selama masa pandemi Covid-19, dirinya mengalami banyak kisah memilukan dan menyedihkan selama pandemi Covid-19, namun juga diakuinya dibalik kisah pilu dan sedih tersebut, dia semakin dekat dengan Tuhan, semakin mengandalkan Tuhan, hingga akhirnya dirinya dapat kembali bangkit dari keterpurukan.

Rizma Simbolon tidak sekedar seorang artis biasa, dia artis multitalenta, dan juga aktif pelayanan misi kerohanian, khususnya pelayanan musik dan puji-pujian rohani, bahkan komitmen dan kerinduannya dalam hal pelayanan puji-pujian, mendorong Rizma menjadikan hal tersebut sebagai konsentrasi studi teologinya, hingga dia mencapai gelar akademik tertinggi di STT IKAT Jakarta Selatan pada 12 Februari 2020, yakni Doktor bidang Ministri Konseling, dengan disertasi doktoralnya berjudul “Doa, Pujian, dan Penyembahan, Terhadap Pertumbuhan Jemaat GBI Salemba Jakarta”.

Rizma mengungkapkan bahwa dirinya pada masa pandemi Covid-19, pengalaman saat masih di Indonesia, maupun ketika 6 bulan merantau ke Amerika Serikat, mengalami banyak hal memilukan dan menyedihkan. Rizma kepada mediatransformasi.com menyampaikan sharing pengalamannya.

PENGALAMAN SPIRITUAL MASA PANDEMI

“Pada masa awal pandemi tahun lalu, pelayanan stop semua, ada beberapa pelayanan aku nyanyi secara online di kelas perkuliahan aku, terus ada beberapa acara online juga, yah semuanya secara daring” demikian Rizma mengawali sharingnya.

Rizma mengemukakan bahwa dirinya sempat terpuruk parah pada masa awal-awal pandemi. “Aku melihat pandemi ini, awalnya betul-betul terimbas, tidak hanya aku, tetapi juga teman-teman penyanyi lainnya, teman-teman musisi, bahkan diluar profesi kami pun, misalnya pelaku usaha, semua profesional, kayaknya semua terdampak dengan pandemi, itulah negatifnya pandemi menurut aku, yang aku alami semua jadwal tidak hanya cancel, tapi jadi batal, sementara kebutuhan hidup terus berjalan, bahkan jujur sebenarnya pada masa pandemi tahun lalu, aku mulai dari nol lagi, mengalami masalah keuangan, aku berhutang, barang-barangku disita, dan banyak masalah lainnya, jadi aku mulai dari nol lagi” lirih penyanyi single “Paborhat Ma Au”.

Pengalaman peribadahan masa pandemi, Rizma menyampaikan bahwa “Untuk peribadahan selama pandemi, di Indonesia ya kan secara online, jadi aku juga kalau hari minggu, Ibadah minggu sering dengerin kotbah-kotbah pendeta lain dari gereja lain yang online, aku sering liat di youtube gereja lain juga, selain gereja aku juga tentunya, aku ikutin ibadahnya, jadi lebih banyak warna juga ibadahnya”.

Begitu terpuruknya kondisi kehidupan Rizma, dia merasa tidak ada tempat ataupun orang yang dapat menjadi sandarannya, dan dia sadar bahwa hanya Tuhan satu-satunya tempat sandarannya.

“Tahun lalu itu berat banget buat aku, banyak rencana, banyak jadwal, semuanya batal, kita lagi susah, keluarga susah, tidak bisa ngomong ke siapapun, karena kalau kita ngomong sama orang lain, dia juga pasti akan cerita kesusahannya, bahkan mungkin dia lebih susah dari kita, jadi aku tidak ada tempat mengadu, tidak ada tempat berkeluh kesah, tidak ada tempat curhat dengan kesusahan yang aku alamin” ungkap Rizma.

Salah satu pengalaman paling menyedihkan yang pada masa pandemi yang dialami Rizma, tetapi juga menjadi salah satu inspirasi kebangkitan dirinya, yakni saat Rizma berada di Amerika Serikat beberapa bulan lalu, dirinya mendapat kabar Bapaknya sakit terkena Covid-19, dan beberapa minggu kemudia meninggal, kesedihan mendalam melanda Rizma, dirinya tidak bisa kembali ke Indonesia saat bapaknya meninggal, dan kesedihan tersebut pun akhirnya membuat dirinya mengalami drop stamina, dan Rizma pun terpapar Covid-19, sehingga dia harus off dari semua aktivitas di Amerika.

Berfoto bersama Orangtua, usai Wisuda S3

“Bulan Juni akhir, aku diundang oleh masyarakat Indonesia di California, untuk mengunjungi mereka dan menghibur mereka, aku berangkat akhir Juni, dua minggu kemudian, aku dapat info dari abangku, bapakku kena Covid, jadi mulai down disitu, dua minggu kemudian bapakku meninggal, dan aku ada di Amerika, aku sedih banget, sedihnya itu aku drop, down banget, seminggu kemudian setelah bapakku meninggal, aku kena Covid disana, imun ku turun-turun terus, jadi kena virus, jadi memang tidak mudah, satu sisi, aku bisa mencari nafkah disana, bisa ada sedikit berkat, tapi Tuhan kasih juga bersamaan, ya kenyataan itu, aku kehilangan bapak, disaat aku jauh, diperantauan, dan aku tidak bisa pulang karena Covid, itu tidak gampang untuk aku”  urai Rizma.

REFLEKSI AKHIR TAHUN, MENCIPTA LAGU, DAN HARAPAN TAHUN BARU

Refleksi akhir tahun 2021 seorang Dr. Rizma Simbolon, MA, dengan berbagai peristiwa dan pengalaman, bagi Rizma kehidupan dirinya sepanjang 2021 “Semua Up and Down”.

“Selama tahun 2021, semua up and down, jadi selama pandemi hingga pertengahan tahun ini, belum begitu normal, selama di Indonesia, selama pandemi, aku belum pernah menyanyi secara normal, maksudnya semua secara online, tidak ada yang live, yah secara penghasilan juga menurun drastis, kemudian akhir bulan Juni 2021, aku diundang menyanyi di California” ucap Rizma yang pada 2018 pernah mengadakan konser di California.

Rizma mengatakan bahwa di Amerika, sewaktu dirinya datang, aktivitas disana sudah offline, semua pelayanan menyanyi di gereja sudah dapat diadakan secara live seperti biasa (sebelum pandemi).

Sekalipun masa pandemi banyak hal negatif, tetapi jujur Rizma mengakui, banyak juga sisi positif dialaminya.

“Aku juga melihat sisi positifnya, banyak sekali, seperti halnya aku, sebelum pandemi, aku tidak pernah mengurusi youtube, utak atik kamera, mengedit, yang tidak mungkin banget aku kerjakan sebelumnya, tapi sekarang mau tidak mau, dikerjakan sendiri, ketika tahun lalu pandemi, aku dirumah seharian, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tidak ngapa-ngapain, otomatis mulai utak atik ini itu, akhirnya sekarang aku sudah bisa mengedit sendiri sedikit-sedikit pakai aplikasi di HP, terus aku juga bisa menciptakan lagu, karena pengalaman kita terimbas pandemi itu, aku mulai buka channel youtube, sebelumnya aku tidak pernah mikirin youtube itu apalah, sekarang mau tidak mau, dengan sistem online, selama orang dirumah juga mencari hiburan lewat youtube dan sebagainya, dan berbagai media sosial lainnya” jelas Rizma.

Lebih lanjut Rizma mengatakan, “Menurut aku, pandemi ini seperti bumi kita ini lagi recovery, jadi selama pandemi, tidak ada penerbangan, kita lihat juga udara lebih bersih, langit jadi jelas warna birunya, kalau tadinya cenderung abu-abu coklat kehitaman, sekarang orang jauh lebih aware kesehatan, dulu tidak cuci tangan, sekarang sering cuci tangan, dulu jarang minum multivitamin atau suplemen, sekarang lebih aware, minum multivitamin, minum suplemen, jamu dan sebagainya, yah kalau aku, sebelum pandemi pun aware kesehatan diriku, tidak merokok, tidak minum (alkohol), tidak nge-drugs, juga aku makan makanan bergizi, jarang goreng-gorengan, bahkan daging-dagingan pun jarang aku makan, jadi kalau dari pola hidup sehat, aku tidak terlalu berdampak, tapi aku melihat banyak orang, teman-teman diluar sana, jadi lebih aware, lebih peduli lagi dengan kebersihan. Dari sisi yang lain, menurut aku, pandemi juga merubah banyak pandangan, gaya hidup, merubah banyak pola pikir, aku sejak pandemi tidak pakai supir, aku melakukan apapun sendiri, tadinya pakai pembantu, sekarang sendiri karena lebih banyak dirumah, mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari sendiri, itung-itung olahraga, jadi memangkas hal-hal yang ga perlu, misal belanja jadi lebih mengutamakan kebutuhan, bukan yang tertier, gaya hidup juga aku sudah, bukan menurunkan, tapi mengefektifkan, ha-hal yang ga perlu aku pangkas, dulu sering belanja-belanja, shopping-shopping, kalau sekarang ya seringnya dirumah aja. Sekarang lebih memandang secara down to earth, memandang orang lain tidak lagi belagu/sombong”.

Rizma mengutarakan bahwa “Tahun 2021 berat, banyak rencana, banyak jadwal, semuanya batal, kita lagi susah, keluarga susah, tidak bisa ngomong ke siapapun, karena kalau kita ngomong sama orang lain, dia juga pasti akan cerita kesusahannya, bahkan mungkin dia lebih susah dari kita, jadi aku tidak ada tempat mengadu, tidak ada tempat berkeluh kesah, tidak ada tempat curhat dengan kesusahan yang aku alamin, jadi disaat itulah aku mulai main-main piano, dapatlah satu dua lagu, jadi lagu ini juga sebenarnya aku bilang ya lagu Covid, lagunya baru saja aku rilis, nanti video klipnya bulan Januari 2022, gambarnya aku ambil di Colorado Amerika, judul lagunya Yesus Sumber Kelegaan, dan satu lagi Kau Tak Terbatas. Di lagu Yesus Sumber Kelegaan, disitulah pengalamanku dengan kesusahan, dengan kondisi susah yang aku alami, tidak bisa cerita ke siapapun, aku tidak tau mau mengadu ke siapa, karena kalau mengadu ke orang, yah dia susah juga, mungkin bukannya masalah kita selesai, tapi bisa menambah masalah, disitulah aku mengadu ke Tuhan, karena aku ingat janji Tuhan, bahwa marilah kepadaKu semua yang berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu, jadi seberat apapun yang aku pikul, seberat apapun yang teman-teman hadapi masalah, ataupun beban, sumber kelegaan itu Tuhan, itulah cerita lagu itu. Cerita lagu Kau Tak Terbatas, kalau kita bergantung sama orang, bergantung sama manusia, akan kecewa karena manusia punya keterbatasan, tapi kalau kita bergantung kepada Tuhan, Dia yang tak terbatas, Dia selalu menepati janjiNya, karena Dia tak terbatas, kalau bergantung sama orang, dia bisa mengingkari, karena dia terbatas waktu, terbatas ruang dan tempat, dan segalanya, itulah pengalamanku, gara-gara Covid, gara-gara pandemi, aku jadi menciptakan lagu yang sebelumnya, yah boro-boro menciptakan lagu, mendingan beli lagu dari pencipta lagu, kalau sekarang, ternyata kalau kita menciptakan lagu, roh nya itu kita dapat, karena lagu yang kuciptakan itu, aku alami sendiri , aku rasain sendiri, sehingga aku bisa membawakannya dengan sepenuh hati, karena sudah aku alami sendiri”.

Pengalaman bermusik pada masa pandemi di Indonesia, sudah pasti semuanya online, ucap Rizma yang pada tahun lalu, sempat mengadakan konser virtual berjudul “Andigan Boi Pajumpang” (Kapan bisa bertemu).

“Cocok dengan masa pandemi, kapan bisa bertemu lagi, konser cukup baik diterima, banyak yang menonton, sampai puluhan ribu sewaktu live nya, aku senang apresiasi teman-teman, setelah itu aku ada beberapa perform di TVRI, itu memang live tapi tidak ada penonton, kemudian ada konser natal, tapi itu juga online, tahun ini, Juni 2021 kemarin aku berangkat ke Amerika, kalau di Amerika, pengalaman bermusik sama saja, masih belum bisa membuat konser ditempat-tempat konsera atau theater, karena keterbatasan Covid, aku disana itu banyak nyanyi di gereja, dibeberapa tempat yang kalangan terbatas, tidak bisa membuat konser terbuka ratusan orang, tidak ada izin dari pemerintah setempat” lanjut sharing Rizma.

Untuk harapan tahun yang baru, 2022, Rizma berkeyakinan semuanya menjadi lebih baik.

“Harapan aku tahun 2022, pastinya semuanya jadi lebih baik, maksudnya kalaupun Covid nantinya tidak ada, ataupun sudah relatif normal, kita harus punya kerendahan hati seperti kemarin, aware kesehatan seperti kemarin, yah seperti saat pandemi, jadi sifat-sifat orang kan sewaktu pandemi keluar aslinya, bahkan banyak yang tidak mampu menghadapi kenyataan, tapi banyak juga yang berubah menjadi lebih wise, lebih rendah hati, tidak sombong lagi, kalau aku harapannya buat teman-teman, yah ekonomi kita Indonesia lebih baik, kita bisa bekerja lebih bagus lagi, kita bisa berkarya lebih banyak lagi, dan tentunya kita tetap rendah hati, bersahaja, dan terus memuliakan nama Tuhan, apapun beban hidup kita, apapun yang kita hadapi, apapun rencana kita, kita bawa kedalam tangan Tuhan, kita serahkan seluruh beban kehidupan kita kepada Tuhan, karena Tuhan yang mengatur semuanya, bahkan hidup mati kita, Tuhan yang mengaturnya. Kita tetap sehat, mengandalkan Tuhan, kita bisa melewati pandemi ini dan badai ini secepatnya”. (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*