Media Trans – Elon Musk CEO Tesla Inc. kini resmi menjadi pemilik Twitter, pengusaha yang juga terkenal dengan bisnis angkasa luarnya, menjadi satu figur yang disebut oleh Dr. Robertus Heru Triharjanto, Kepala OR Penerbangan Antariksa Indonesia, saat konferensi pers Space20, sebagai salah satu figur pengusaha yang memiliki bisnis pada bidang antariksa, dan hal ini menjadi tren yang juga dibahas dalam Space20.
Sore usai pertemuan The 3rd Space Economy Leaders Meeting (Space20) yang membahas tentang digital, blue and green economy, yang berlangsung di Ballroom Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta, Kamis 27 Oktober 2022, Kepala OR Penerbangan Antariksa, Dr. Robertus Heru Triharjanto, beserta Ketua Panitia Space20, Dr. Ing. Wahyudi Hasbi, dan Direktur Eksekutif INASA (Indonesian Space Agency), Prof. Dr. Erna Sri Adiningsih, menggelar konferensi pers memaparkan hasil pertemuan Space20.
Dr Heru, demikian sapaan Kepala OR Penerbangan Antariksa, mengemukakan bahwa dalam forum G20, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) mempunyai 2 agenda pertemuan, yakni mengenai infrastruktur riset, dan Space20 membahas keantariksaan.
“G20 adalah forum ekonomi dari 20 negara yang ber GDP terbesar didunia, Indonesia salah satunya, juga negara-negara yang bisa meluncurkan satelit sendiri, semuanya ada di G20, seperti kita tahu diantaranya Amerika, ada Rusia, Cina, Jepang, negara-negara Eropa, dan India” ujar Dr Heru.
Disampaikan Dr Heru, dalam forum Space20, Prof Erna mengemukakan bahwa teknologi keantariksaan yang dulunya menjadi ranahnya pemerintah, karena pengembangan teknologinya mahal, dan berdampak kepada pertahanan dan keamanan negara, sekarang sudah berubah.
“Icon dari ekonomi keantariksaan, teman-teman generasi milenial dan generasi Z, yang sering terlihat adalah Elon Musk, dia pengusaha yang mempunyai kemampuan seperti negara, dia mampu memiliki space industry, seperti dia tidak banyak didunia, dan ini akan menjadi tren” lanjut Dr Heru.
Teknologi keantariksaan tidak lagi menjadi ranah negara, tetapi akan menjadi ranah swasta, karena dampaknya tidak lagi sekedar pertahanan dan keamanan, tetapi sudah menjadi dampak ekonomi, tambah Dr. Heru.
Pembahasan dalam Space20, diungkapkan Dr. Heru adalah mengenai konsep ekonomi meliputi digital, blue, and green economy.
Teknologi digital diibaratkan Dr. Heru sebagai “We can not live without it“, namun masih ada masyarakat di Indonesia dan negara-negara lain, yang belum memiliki akses internet, mereka dikatakan tertinggal secara digital, sementara konsep keadilan ekonomi seharusnya No One Left Behind, termasuk dalam hal akses informasi, karena informasi adalah nilai bagi ekonomi, demikian dijelaskan Dr. Heru.
Space economy untuk digital economy, berarti kita memberikan akses kepada dunia digital bagi mereka yang belum memiliki akses internet, agar bisa mengakses informasi, akses e-commerce, bisa belajar distancy learning, tele-health, dan sebagainya.
Kedua yang dibahas adalah blue economy, yakni ekonomi berbasis maritim. Negara kita negara maritim yang sangat besar, 2/3 wilayah kita adalah laut, maka concern kita adalah soal maritim.
Ketiga adalah green economy, yakni sebuah proses yang sustainable, isu paling terkenal dari green economy adalah tentang bahan bakar berbasis fosil, sering dikatakan suatu saat akan habis, tidak renewable, berarti tidak green tidak sustainable.
Dikatakan Dr. Heru, parameter-parameter ekonomi tadi, dapat dibantu dengan space economy.
Telekomunikasi jelas akan terbantu dengan satelit telekomunikasi, blue economy sebagaimana pembahasan forum telah ada kesepakatan, walau tidak semua negara G20 mempunyai laut, mereka mempunyai concern yang sama tentang laut, karena laut sumber pangan, dan dinamika laut mempengaruhi cuaca, laut juga menjadi indikator global warming, yakni kenaikan permukaan air laut.
Laut harus menjadi perhatian prioritas perhatian, karena eksploitasinya tidak boleh berlebihan, harus sustainable, harus dipahami dengan baik biofisiknya supaya planet ini liveable, layak huni, kita harus cegah dampak buruk perubahan iklim.
Pengawasan laut dapat menggunakan teknologi satelit, untuk supporting blue economy, dibahas juga tentang data sebagai inti dari teknologi pemantauan satelit.
Data dari mereka yang mempunyai satelit dapat dishare kepada yang tidak mempunyai satelit, agar dapat bersama-sama mencari solusi perubahan iklim.
Mengenai green economy dengan kata kuncinya sustainable. Sustainability tidak hanya dibumi, tetapi diruang antariksa juga.
“Bumi bisa tidak sustainable bila kita menggunakan ruang angkasa secara tidak bertanggung jawab, jadi diatas pun ada persoalan sustainability, yakni Longterm sustainability for space” pungkas Heru. (DED)
Be the first to comment