Media Trans – Dewan Pengurus Nasional Batak Center pada 29 November 2022, mengadakan diskusi dalam semangat Hari Pahlawan, membicarakan tentang “Legacy dan Keteladanan Para Pahlawan Dalam Konteks Masa Kini“, diadakan secara hybrid dengan lokasi onsite bertempat di Sekretariat Batak Center di Jl Tanah Abang II No 41 D Jakarta Pusat.
Diskusi menghadirkan 3 orang narasumber (pemantik) dari generasi yang berbeda, yakni Bambang Sulistomo (aktivis kebangsaan, putera pahlawan nasional tokoh lahirnya Hari Pahlawan, Bung Tomo), Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemensos RI Arif Nahari, dan John Rivel Purba (mahasiswa Sejarah S3 UI, Peneliti Muda di Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, BRIN).
Pemandu diskusi Sekjen Batak Center Jerry R. Sirait, dibantu host Zoom Wasekjen Freddy F.M Pandiangan dan Tim Media Batak Center Boy Siahaan, sebelum memulai diskusi, memperkenalkan peserta yang hadir onsite, serta beberapa pengurus dan aktivis Batak Center yang hadir online. Pembukaan diskusi diawali dengan pengantar oleh Ketua Umum Batak Center Sintong M. Tampubolon.
Ketum Batak Center Sintong M. Tampubolon dalam pengantarnya menyampaikan, bahwa maksud diadakannya diskusi dengan narasumber salah satunya adalah putera Bung Tomo, tokoh utama aksi 10 November yang menjadi dasar lahirnya Hari Pahlawan, untuk mengetahui dan mendapatkan legacy nilai dan semangat kepahlawanan, yang penting untuk diketahui dan diteladani generasi masa kini.
Bambang Sulistomo yang akrab disapa Mas Bambang oleh Ketum Batak Center, karena mereka sudah berteman lama, mengungkapkan bahwa selama ini dirinya banyak dibantu tokoh asal Batak, dan dirinya terkesan dengan kultur dan tradisi Batak, sebagaimana dia alami saat diajak berkunjung ke Tapanuli bersama mantan Wakasad Sahala Rajagukguk semasa hidup.
“Saya baru tahu bapak saya itu pejuang, setelah saya agak besar, bapak saya ga pernah cerita apa-apa, bahwa dia berjuang, mengobarkan semangat perjuangan, saya ga tahu apa-apa. Setelah saya agak besar, mungkin masih sekolah kelas 3, pas bapak saya diinterview beberapa media, oh ternyata bapak saya punya peran. Dia bilang tanpa rakyat Surabaya, saya ga jadi apa-apa, tanpa pengorbanan gugurnya ribuan rakyat Surabaya, saya bukan apa-apa” kisah Bambang tentang kiprah Bung Tomo ayahnya.
Lebih lanjut Bambang mengemukakan pesan Bapaknya, “Kamu jadi orang jangan sombong-sombong bapakmu pejuang, sebab bapak ini mengorbankan ribuan orang untuk gugur”.
Putera Bung Tomo Kagum Orang Batak
Bambang Sulistomo putera Bung Tomo menyampaikan bahwa dirinya dibesarkan oleh banyak orang Batak, diantaranya Rio Tambunan.
“Terus terang saja, saya ini merasa dibesarkan oleh orang-orang Batak. Pertama kali Pak Rio Tambunan, sewaktu saya selesai ditahan, Pak Rio menyuruh saya penataran P4 tingkat pusat, setelah itu dia perbantukan saya sebagai Wakil Redaksi di majalah BP7, disitulah saya kenal banyak tokoh. Sewaktu akan mendeklarasikan organisasi Persatuan Cendekiawan Pembangunan Pancasila, ada motor besar dibelakangnya yakni Janner Sinaga dan Prof KT Sirait” tutur Bambang.
Bambang mengemukakan bahwa semangat orang Batak menggebu-gebu, kalau berjuang tidak tanggung-tanggung.
Terhadap eksistensi Batak Center, Bambang berharap Batak Center bisa mengembangkan kembali nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai kenegarawanan, dan nilai-nilai kejuangan.
“Kalau bisa Batak Center melahirkan tokoh-tokoh negarawan yang terbuka terhadap beda suara, kritik, nilai-nilai pembangunan dari siapapun juga” tandas Bambang.
Sementara Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemensos Arif Nahari, mengemukakan bahwa, “Ada beberapa hal, yang pemerintah sebenarnya berharap dapat lahir dari Batak Center, yaitu melestarikan nilai-nilai kepahlawanan, ini penting dan merupakan bagian dari proses merestorasi generasi muda kita”.
Lebih lanjut Arif menjelaskan, Kemensos mempunyai hak paten atas 200 gambar pahlawan nasional, hak tersebut berasal dari referensi keluarga pahlawan saat proses awal pengusulan.
“Ada pahlawan nasional yang lahir besar di Sumatera Utara, tapi diusulkannya bukan dari Sumatera Utara tapi dari Jogjakarta, karena masyarakat Jogja mengakui perjuangannya” ungkap Arif.
Batak Center Mendirikan Sekolah Pahlawan
Arif menyampaikan bahwa perlu ada sosialisasi tentang profil pahlawan nasional, khususnya kepada generasi muda.
Arif mencontohkan keluarga pahlawan nasional Djamin Ginting, mantan KASAD, mempunyai metode mensosialisasikan bagaimana peran Djamin Ginting dari lahir, berjuang hingga diakui sebagai Pahlawan Nasional.
“Saya berharap dari Batak Center ada penulis-penulis profil pahlawan Batak dari masa ke masa, dan itu bisa menjadi kurikulum daerah. Batak Center dapat mendirikan sekolah pahlawan yang akan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan, berkomitmen bagi bangsa dan negara. Kalau bisa dihasilkan satu buku profil pahlawan dari Sumatera Utara, dan perjuangannya, dapat menjadi kurikulum yang komprehensif” ujar Arif.
Peneliti muda Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) John Purba, menyampaikan bahwa dari 200 pahlawan nasional, 12 orang diantaranya orang Batak.
Mereka adalah :
- Sisingamangaraja XII (ditetapkan 9 November 1961)
- Ferdinand Lumban Tobing (ditetapkan 17 November 1962)
- KH Zainul Arifin (ditetapkan 4 Maret 1963)
- Mayjen TNI DI. Pandjaltan (ditetapkan 5 Oktober 1965)
- Tengku Amir Hamzah (1975)
- H. Adam Malik (6 November 1996)
- Jenderal Besar TNI A.H. Nasution (6 November 2002)
- Kiras Bangun (5 November 2005)
- Jenderal TNI Tahi Bonar Simatupang (6 November 2013)
- Letjen TNI Djamin Ginting (6 November 2014)
- Lafran Pane (6 November 2017)
- Mr Sutan M. Amin Nasution (6 November 2020)
“Saya pikir pahlawan tidak harus yang melakukan sesuatu yang besar, pahlawan juga bisa orang biasa yang mampu melakukan sesuatu yang luarbiasa, misal petani sebagai pahlawan pangan, pejuang lingkungan yang mengatasi masalah sampah, kebersihan sungai pun dapat menjadi pahlawan” ujar John.
Pembahasan diskusi semakin sore semakin hangat, karena juga diantara yang hadir di Sekretariat Batak Center, ada Alimin Ginting keponakan dari pahlawan nasional Djamin Ginting, juga ada Batara Hutagalung putera seorang dokter pejuang bersama Bung Tomo di Surabaya, dan menurut Bambang Sulistomo, ayahanda Batara banyak menolong pejuang yang terluka.
Salah seorang pengurus Batak Center, yang juga aktivis pelestarian warisan budaya, Joe Marbun, mengutarakan bahwa pemerintah melalui Kemensos, perlu melakukan pendefinisian ulang tentang “Pahlawan Nasional” karena realitas kekinian.
Direktur Pemberdayaan Masyarakat Arif Nahari, mendorong Batak Center menjadi mitra pemerintah, dalam hal melakukan pengkajian, penelitian, dan sosialisasi tokoh-tokoh Batak yang akan diajukan sebagai Pahlawan Nasional, hal tersebut akan mempermudah pemerintah dalam memproses pengajuan calon pahlawan nasional, karena selama ini pengusulan ada yang secara individu, lembaga, komunitas, seringkali masalah yang ada terkait masih minimnya profilitas ketokohan, sosialisasi yang kurang, dan hal lainnya. (DED)
Be the first to comment