
Media Trans – Pahlawan Nasional asal Tano Batak, Raja Sisingamangaraja XII lahir pada 18 Februari 1845, berdasarkan Keputusan Presiden No 590 Tahun 1961 pada 9 November 1961, memiliki nama kecil Patuan Bosar Sinambela. Wafat pada 17 Juni 1907. Mengenang 180 tahun hari kelahirannya, ratusan tokoh Batak berkumpul melakukan dialog tentang nilai-nilai ketokohan dan kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII.
Dewan Pengurus Nasional Batak Center (DPN Batak Center) menyelenggarakan “Memorial Lecture 180 Tahun Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII” yang dilaksanakan secara hybrid, berlokasi di Sekretariat BATAK CENTER, Jl. Tanah Abang II/41, Kel. Petojo, Jakarta Pusat pada 20 Maret 2025.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenang dan merefleksikan kembali arti penting sejarah dan nilai-nilai luhur kepahlawanan Raja Sisingamaraja XII, serta spirit perjuangannya dalam turut memastikan kemerdekaan Tano Batak dari penjajahan Belanda, yang kemudian menjadi bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Memorial Lecture ini juga merupakan salah satu bentuk upaya studi pengembangan wawasan bagi Masyarakat Batak khususnya, dan Masyarakat Idonesia pada umumnya. Fakta historis ini tidak hanya menjadikan Raja Sisingamangaraja XII sebagai Pahlawan bagi masyarakat Batak (Bangso Batak), tetapi Pahlawan Nasional bagi Masyarakat Indonesia.
Pandangan Batak Center 180 Tahun Raja Sisingamangaraja XII
Wasekjen Batak Center Freddy FM Pandiangan menyampaikan bahwa, Raja Sisingamangaraja XII figur yang menunjukkan kepemimpinan inspiratif, dan mampu menggerakkan rakyatnya. Raja Sisingamangaraja XII adalah pemersatu pada zamanya.
Fakta-fakta kesinambungan Bius menjadi penting sebagai elemen yang digunakan sebagai pemersatu Batak. Demikian juga dalam perjuangan, Raja Sisingamangaraja XII menyatukan berbagai suku di Tanah Batak untuk melawan penjajah. Dia juga melestarikan dan mempertahankan budaya Batak. Salah satunya lingkungan adat Dalihan Natolu adalah satu lingkaran yang juga dihormati Sisingamangaraja XII, demikian ulas Freddy.
Sementara fungsionaris Intelectual Thinkthank Batak Center Pdt Marudut Manalu, memberikan catatan bahwa, Raja Sisingamangaradja XII berjuang melawan penjajah Kolonial Belanda. Dia melawan penjajah bahkan sampai tetes darah penghabisan, tanpa mendapatkan apa-apa dari Negara RI kecuali Gelar Pahlawan Nasional.
Memberi, bahkan berkorban, bukan mengambil atau merusak. Itulah yang dilakukan Raja Sisingamangaradja XII. Sikap memberi perlu kita hidupkan sekarang ini. Sikap berani melawan penjajah ditunjukkan Raja Sisingamangaraja XII, dengan persenjataan sangat sederhana, berani melawan penjajah dengan persenjataan yang jauh lebih hebat.
Berpantang merupakan satu sikap hidup yang baik. Kalau Raja Sisingamangaradja XII memantangkan darah, apakah yang kita pantangkan hari ini? Amsal bijak dari para tua-tua kita mengatakan: Unang mangallang di balian ni hurum, jangan makan yang bukan bagianmu, kira-kira begitu intisari amsal ini. Jangan mencuri atau korupsi.
Raja Sisingamangaraja XII bisa dilihat pada Kingship-nya. Orang Batak mengakui sebagai Raja, Raja Imam. Wibawa, kesaktiannya lebih pada kepribadiannya bukan pada wilayah yang di bawah kekuasaannya. Orang Batak yang dituakan, perlulah menjadi orang yang berwibawa yang bisa memberi pengaruh kepada lingkungannya, tentunya pengaruh untuk kebaikan, kemaslahatan masyarakat Batak, walau tanpa status sosial, tandas Pdt Marudut.
Sedangkan Ketua Dewan Pembina Batak Center, yang juga Ketua Umum YPDT Maruap Siahaan mengemukakan bahwa, Raja Sisingamangaraja XII menjadi Raja Sisingamangaraja XII mulai 1875 (pada usia 17 tahun) dan berkuasa sampai dengan 17 Juni 1907 (setelah terbunuh oleh tentara Belanda).
Konteks nilai-nilai Kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII menurut Maruap :
1. SIMBOL PERLAWANAN terhadap ketidakadilan dan penindasan serta pelenyapan terhadap pengetahuan lokal.
2. SIKAP SEMANGAT PATRIOTISME melawan penjajahan membebaskan Tanah Batak pada khususnya dan Indonesia pada umumnya dari penjajahan. Berperang melawan penjajah Belanda kurang lebih 30 tahun (1877-1907).
3. TOKOH PEMERSATU dengan membangun afiliasi dengan wilayah lainnya (sikap dan tindakan, dia mendapatkan simpati dan empati dari lingkungannya untuk ikut dan ambil bagian dalam perang yang dipimpinnya). Membuat perwakilan Raja SSM XII di setiap wilayah yang berfungsi sebagai pemangku kepentingan kerajaan, termasuk panglima-panglima perang.
4. DERMAWAN suka menolong, anti perbudakan dan anti pemasungan, penjunjung nilai kebebasan dan cepat bertindak – Konig aller Bataks- Raja dari segala orang Batak (Van der Tuuk).
5. PEMIMPIN BERSAHAJA DAN SEDERHANA
6. PEMBEBAS, membebaskan orang-orang terpasung dari perbudakan di masyarakat Batak dengan membayar Binsang dan Ampang akibat perang antar kampung atau tidak membayar hutang akibat gagal panen di musim kemarau atau karena perampokan (pambarobo). Harga seorang budak wanita muda yang berasal dari Toba di Tongging dan Silalahi 70 – 120 ringgit, wanita dewasa 20-50 ringgit (von Brenner).
7. MEMEGANG NILAI BUDAYA YANG TINGGI: Nilai budaya ini dapat menjadi hal yang mempersatukan seperti Dalihan Na Tolu.
8. PEMIMPIN YANG TAAT HUKUM: mampu menyelesaikan resolusi konflik terkait peraturan adat Batak.
9. PEMIMPIN YANG RELA BERKORBAN: berjuang sampai titik darah penghabisan dan menjadi simbol kekuatan spiritualitas orang batak yang setia dan teguh hati.
Pesan bagi generasi milenial menurut Maruap :
1. Indonesia gelap bukanlah kata-kata yang lahir begitu saja, tetapi ekspresi generasi muda yang kehilangan harapan karena keadilan tidak ditegakkan. Sifat kepahlawanaan pemimpin sudah
hilang, korupsi merajalela, dan hanya mementingkan diri sendiri.
2. Generasi Muda Batak harus mampu berjuang dalam peperangan zaman milenial diantaranya berjuang menyatakan kebenaran melawan kejahatan dan menegakkan hukum dan keadilan.
3. Generasi Muda Batak harus bersifat kesatria dan memiliki sifat kepahlawanan untuk menghasilkan kekuatan melawan musuh (koruptor, kapitalis jahat atau oligarki, sistem nilai yang bertentangan dengan nilai luhur Habatahon).
4. Menempatkan nilai etika moral yang tinggi serta mempertahankan nilai nilai luhur kemanusiaan.
Nilai-nilai Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII
Dalam perjuangannya, kepemimpinan, serta teladan dan nilai-nilai luhur yang diwariskannya senantiasa relevan dalam setiap era, di setiap generasi dalam turut serta membangun, memajukan NKRI dalam bingkai Pancasila dan UUD 1945 serta Bhineka Tunggal Ika.
Raja Sisingamangaraja XII, tidak hanya bertindak sebagai pemimpin militer, tetapi juga sebagai simbol kebanggaan dan kesatuan rakyat Batak. Raja Sisingamangaraja XII dikenal juga karena nilai-nilai keadilan yang dibawanya, seperti dalam setiap kunjungannya ke daerah-daerah, Raja Sisingamangaraja XII selalu melepaskan orang-orang yang sedang dipasung dan budak-budak yang tertawan (hatoban dan taban-tabanan).
Dalam pertempuran-pertempuran yang penuh perjuangan, Raja Sisingamangaraja XII menunjukkan kepemimpinan yang sangat dihormati oleh pasukannya dan rakyatnya. Raja Sisingamangaraja XII layak disebut sebagai “The Sun of Lion King of Indonesia”.
Raja Sisingamangaraja XII adalah contoh dari semangat juang yang tidak mengenal kata menyerah. Ada banyak nilai-nilai fundamental dan luhur yang dapat kita teladani bersama dari spirit perjuangannya, yakni sebagai berikut:
1. Kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII. Keteguhan dan keberanian dalam melawan penjajah.
Meskipun menghadapi musuh yang lebih kuat, beliau tidak mengenal takut dalam mempertahankan hak dan kemerdekaan rakyatnya. Sejarah membuktikan, keberanian beliau melawan penjajahan Belanda tetap terjaga bahkan hingga akhir hidupnya. Spirit ini sangat relevan dengan perjuangan bangsa Indonesia menuju cita-cita Indonesia Emas 2045, yang menuntut keberanian untuk menghadapi tantangan besar dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
2. Kepemimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang Menginspirasi. Sebagai seorang pemimpin, Sisingamangaraja XII tidak hanya memimpin di medan perang, tetapi juga menginspirasi rakyat untuk bersatu. Kepemimpinan yang bijaksana dan mampu menggerakkan banyak orang untuk berjuang bersama adalah pelajaran penting dan teladan yang relevan dalam rangka untuk terus membangun Indonesia yang lebih maju, adil, dan makmur menuju Indonesia Emas Tahun 2045.
3. Pengorbanan Raja Sisingamangaraja XII Seutuhnya Demi Kepentingan Bangsa. Beliau rela berkorban jiwa raga demi kemerdekaan tanah airnya, tanpa memikirkan kepentingan pribadi.
Keberanian untuk berkorban bagi rakyatnya dan bagi Bangsanya, tidak bisa tidak, menjadi warisan serta nilai luhur yang patut dilestarikan dan dihidupi. Spirit pengorbanan ini harus diteladani oleh setiap generasi untuk membangun Indonesia yang lebih baik, tidak hanya untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kemajuan bangsa secara keseluruhan.
4. Semangat Persatuan dan Kesatuan Yang Beliau ajarkan dan Aplikasikan. Meskipun Raja Sisingamangaraja XII memimpin suku Batak, beliau juga memperjuangkan persatuan dengan suku-suku lain di Indonesia. Sebagai contoh, beliau juga terkenal karena memiliki persahabatan yang erat dengan Raja Aceh.
Ini membuktikan bahwa Raja Sisingamangaraja XII memahami benar arti dari kesatuan dalam keberagaman. Spirit persatuan ini tentunya menjadi sangat penting untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dan dan complicated dalam turut serta membangun Indonesia yang kuat di dunia internasional pada 2045.
5. Kepedulian Raja Sisingamangaraja XII Pada Pendidikan dan Kemandirian. Raja Sisingamangaraja XII sangat menghargai pentingnya pendidikan untuk kemajuan peradaban dan kemandirian rakyatnya. Mengikuti semangatnya, Indonesia Emas 2045 harus difokuskan untuk terus mengutamakan pengembangan pendidikan berkualitas dan menciptakan generasi yang mandiri, cerdas, kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan zaman.
6. Raja Sisingamangaraja XII Pemimpin yang Menjaga Martabat Bangsa. Sebagai pemimpin, Raja Sisingamangaraja XII tidak hanya berjuang untuk kemerdekaan, tetapi juga untuk menjaga martabat dan kebanggaan bangsa. Semangat ini dapat diterjemahkan dalam upaya menjaga identitas dan budaya Indonesia yang kaya di tengah arus globalisasi yang cepat, serta memajukan Indonesia dengan penuh rasa bangga.
7. Raja Sisingamangaraja XII: Simbol Keberanian, Kepemimpinan, dan Semangat Perjuangan Yang Tidak Tergoyahkan. Dalam konteks Indonesia Emas 2045, kita perlu meneladani semangat beliau dalam melawan segala bentuk penjajahan (perampasan tanah leluhur) sebagaimana saat ini masih terjadi di Tanah Batak dan ketidakadilan seperti perbudakan, serta memperjuangkan kemajuan bangsa melalui persatuan, pengorbanan, dan pendidikan yang merata. Sebagai generasi penerus, kita harus melanjutkan perjuangan beliau dengan membangun Indonesia yang lebih makmur, berkeadilan, dan siap bersaing di tingkat global.
Harapan Memorial Lecture
Melalui Memorial Lecture ini, diharapkan setiap peserta hingga akhirnya Masyarakat Batak khususnya, dan Masyarakat Indonesia pada umumnya, dapat secara bersama untuk:
1. Menggali nilai-nilai luhur dari keteladanan pengabdian, kepemimpinan, keberanian, semangat persatuan, kepedulian dan pengorbanan Raja Sisingamangaraja XII dalam perjuangan kemerdekaan melawan penjajah dan relevansinya di masa sekarang ini.
2. Mengidentifikasi penyebab dan dampak dari memudarnya nilai-nilai habatakon di kalangan Masyarakat dan Generasi Muda Batak dan relevansinya dengan nilai-nilai luhur perjuangan dan pengabdian Raja Sisingamangaraja XII.
3. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan dalam menjaga, melestarikan serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur Habatakon dalam multi aspek guna meningkatkan peran dan kontribusi Masyarakat Batak bagi kemajuan Indonesia dalam bingkai Pancasila dan NKRI.
4. Menghimpun kontribusi pemikiran, usulan dan tindak lanjut dari para peserta untuk dapat disebarluaskan sebagai rekomendasi untuk terus menjaga nilai-nilai luhur perjuangan dan kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII dan nilai-nilai fundamental habatakon dalam bermasyarakat dan berbangsa.
5. Menggali dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur habatakon sebagai unsur nilai Pancasila dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, melalui kepahlawanan dan teladan dari Sisingamangaraja XII.
6. Mengingatkan Kembali kepada Masyarakat Batak khususnya, dan Masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa perjuangan dan kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII dan para orangtua kita (baca: Bangso Batak) memiliki andil yang besar dalam turut serta dalam perjuangan melawan penjajah hingga Indonesia merdeka. (DED)
Be the first to comment