Media Trans – Batak Center bertepatan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-95 pada 28 Oktober 2023, dan dalam rangka merayakan Hari Ulos setiap 17 Oktober, bekerja sama dengan AFS Indonesia (Bina Antarbudaya) bertempat di Rumah Pemuda Bina Antarbudaya AFS Indonesia Jl. Limau II No 8 Kramat Pela Kebayoran Baru Jakarta Selatan, mengadakan Pameran Ulos dan Diskusi Publik bertajuk “Ulos: Indeks Geografis & Penggunaannya”.
Pameran menampilkan ulos-ulos langka/kuno koleksi pemerhati ulos, Vilidius R.P Siburian.
Diskusi menghadirkan Vilidius R.P Siburian pemerhati ulos sebagai narasumber, dengan 3 orang penanggap, yakni : C.F Sijabat, Dr. Suzen Tobing, dan Indiah Marsaban.
Andries Sibarani Ketua Panitia, juga pengurus AFS Indonesia, menyampaikan kata sambutan mewakili Direktur Eksekutif AFS Gatot Nuradi Sam.
“Mewakili Direktur Eksekutif AFS Indonesia, Bapak Gatot Nuradi Sam, yang berhalangan hadir, karena dalam perjalanan kembali ke tanah air. AFS Indonesia menyambut baik kerjasama dengan Batak Center” ujar Andries.
Vilidius yang juga seorang dokter, mengungkapkan banyak hal tentang kekeliruan terhadap eksistensi Ulos, tidak hanya kekeliruan pada masyarakat umum, tetapi juga masyarakat Batak sendiri.
Berdasarkan riset dan pengamatannya bertahun-tahun, pria yang sejak kecil sudah menyukai ulos oleh karena pengaruh Ompung (Nenek) nya, menyampaikan banyak hal tentang keberadaan ulos diberbagai daerah wilayah Kawasan Danau Toba.
Vilidius tidak hanya menjelaskan tinjauan kesejarahan, karakteristik ataupun kekhasan motif dan jenis ulos dari berbagai daerah disekitaran Kawasan Danau Toba, Vilidius juga mengemukakan proses pembuatan ulos, termasuk proses pewarnaannya.
Para penanggap memperkaya informasi dan pengetahuan peserta diskusi, yang juga selain onsite, diadakan juga secara online Zoom.
Para penanggap mengemukakan tentang perlunya dukungan, terhadap upaya pencatatan Ulos sebagai Warisan Budaya Tak benda Dunia UNESCO, serta perlu menjangkaun generasi muda jaman sekarang, yang dikenal sebagai generasi milenial dan generasi Z, yang akrab dengan dunia digital dan media sosial.
Batak Center dalam kesempatan diskusi, menyampaikan berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka mencatatkan Ulos sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Ulos berpeluang menjadi warisan dunia (world heritage), hingga kini ulos masih digunakan oleh masyarakat Batak, sebagai kain yang memiliki fungsi sakral dan makna simbolik dalam berbagai upacara adat.
Selain fungsi sakral dan makna simbolik tersebut, ulos juga digunakan untuk kepentingan profan (non-sakral), yaitu dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai produk fashion bernilai seni, sejak pertama kali masyarakat mengenal ulos dan memanfaatkannya untuk keperluan sandang.
Batak Center memiliki perhatian dan kepedulian terhadap pelestarian warisan budaya Batak, termasuk Ulos.
Potensi dan permasalahan yang ada menjadi perhatian sekaligus tantangan Batak Center, untuk menemukan solusi atas dua arus pemikiran yang berkembang tersebut.
Dewan Pengurus Nasional Batak Center menyampaikan beberapa informasi terkait upaya
menghantar Ulos sebagai Warisan Dunia Tak Benda di UNESCO, yakni sebagai berikut :
-Pemerintah menetapkan Ulos Toba sebagai Warisan Budaya Tak benda pada tanggal 17 Oktober 2014
-Pada tanggal 12-17 November 2019, Batak Center mengadakan Ulos Fest di Museum Nasional Indonesia, Jl. Medan Merdeka Barat No 12, Jakarta. Ulos Fest 2019 dilaksanakan selama 6 (enam) hari, dengan rangkaian acara berupa pameran ulos, seminar, talk show, workshop dan bazar. Partonun (penenun) dari Kabupaten Tapanuli Utara mempertunjukan ketrampilan membuat ulos. Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sumatera Utara dan 9 (sembilan) kabupaten di lingkungan Sumatera Utara memperkenalkan 1-3 ulos tertua di daerahnya masing-masing.
-Gubernur Sumatera Utara dan Dekranasda Sumatera Utara memfasilitasi pameran ulos sepanjang 500 meter yang terkenal dengan ulos terpanjang pemecah rekor MURI. Berbagai pihak memberikan apresiasi pada acara ini dan mendukung upaya mewujudkan ulos menjadi warisan dunia. Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo yang turut hadir, menyatakan dukungan terhadap Ulos Fest 2019.
-Dalam upaya mengawal rekomendasi Ulos Fest 2019, Batak Center membentuk Panitia Kerja yang bertugas memberikan edukasi tentang ulos, mensosialisasikan kepada masyarakat umum, menumbuhkan kecintaan terhadap ulos sebagai karya budaya, dengan mengenalkan ulos melalui berbagai media.
-Pada Februari 2022, Batak Center diminta dan ditunjuk Kemendikbud RI, dengan persetujuan Pemprov Sumut, untuk mempresentasikan Ulos dalam seleksi nominasi usulan WBTb Indonesia ke dalam Daftar ICH Unesco tahun 2022.
Tim pengusul dari Batak Center menyampaikan presentasi di hadapan tim juri dan audiens secara daring (online) dengan judul “Eksistensi & Keberlanjutan Budaya Masyarakat {The Existence & Sustainability of Community Culture}”.
-Pengumuman hasil seleksi 18 Februari 2022, tim juri dan tim Direktorat Jenderal Kebudayaan memberikan rekomendasi usulan WBTb Indonesia yaitu Tempe, Reog Ponorogo, Budaya Sehat Jamu, Ulos, Tenun Ikat Sumba Timur dan Kolintang. Khusus untuk Ulos dan Tenun Ikat Sumba Timur diusulkan menjadi satu nomenklatur yaitu Budaya Tenun Nusantara.
-Dalam mempersiapkan presentasi Ulos di hadapan tim juri, Batak Center meminta kepada Gubernur Sumut, agar mengeluarkan SK Tim pengusul secara formal, agar proses Tim Kerja Batak Center memiliki dukungan dari Pemprov Sumut, komunitas pegiat dan pelestarian ulos, serta tokoh-tokoh masyarakat Sumut.
-SK dikeluarkan Gubernur Sumut No. 188.44/158/KPTS/2022 tentang Tim Pengusul dan Penyusun Dokumen Warisan Budaya Takbenda Ulos Menjadi Warisan Budaya Dunia.
Namun sejak SK dikeluarkan, hingga saat ini belum pernah ada pertemuan dan persiapan secara formal dalam merumuskan strategi, program dan langkah kerjasama.
-Dalam upaya mengawal proses Ulos menjadi warisan dunia, Batak Center melakukan berbagai program edukasi dan sosialisasi tentang ulos, agar semangat mengawal ulos menjadi warisan dunia tetap terjaga.
Salah satu program yang perlu segera direalisasikan sebagaimana dijanjikan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, yakni pendirian Museum Ulos.
Batak Center telah memulai dengan membuat konsep kerja, dan membutuhkan dukungan dari Pemprov Sumut, maupun semua pihak.
Museum Ulos memiliki peran penting sebagai tempat pelestarian, edukasi, dan pusat pariwisata yang berdampak langsung ke masyarakat, sebagaimana menjadi perhatian UNESCO dalam menetapkan suatu objek sebagai warisan dunia.
-Batak Center menggagas rangkaian diskusi berseri, bertujuan untuk lebih memperkenalkan ulos, kain tradisional Batak, kepada masyarakat luas.
Hari Ulos Perlu Penetapan Presiden
Ketua Umum Batak Center SM. Tampubolon kepada media, mengungkapkan bahwa acara diskusi yang diadakan pada 28 Oktober 2023 bertepatan Hari Sumpah Pemuda, juga dalam rangka merayakan Hari Ulos 17 Oktober, bagian dari penguatan upaya mendukung proses pencatatan Ulos sebagai warisan dunia UNESCO.
“Acara hari ini adalah bagian dari keberlanjutan memperjuangkan Ulos sebagai warisan budaya Indonesia, dan secara khusus bagi masyarakat Batak” ujar SM. Tampubolon didampingi Wakil Sekjen Freddy Pandiangan, dan Maruap Siahaan Ketua Umum Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) saat konferensi pers.
Hal lain yang dijelaskan Ketum Batak Center, bahwa selama ini penetapan Hari Ulos yang dirayakan setiap 17 Oktober, baru sekedar hasil kesepakatan dan belum ada penetapan resmi pemerintah, dalam hal ini belum adanya penetapan oleh Presiden, sebagaimana hari-hari nasional lainnya.
Ketum Batak Center mengemukakan bahwa Batak Center sedang berusaha, agar Presiden dapat menetapkan adanya Hari Ulos, pernyataan Ketum Batak Center didukung oleh Ketua Umum YPDT, Maruap Siahaan. (DED)
Be the first to comment