
Media Trans – Hari ini 29 Juni bagi sebagian masyarakat mungkin bukanlah hari besar, tetapi bila kita mengetahui bahwa pada 29 Juni 1928, telah lahir seorang putra bangsa yang kelak mempunyai kiprah dan pengaruh cukup besar terhadap perjalanan bangsa dan negara Indonesia, maka hari 29 Juni akan menjadi momen penting untuk dikenang.
Mengenang 96 tahun hari kelahiran salah satu tokoh penting perekonomian Indonesia, yakni Dr. Drs. Ec. Radius Prawiro., A.k, Jumat 28 Juni 2024 ratusan orang mendatangi Taman Makam Pahlawan Utama Nasional Kalibata, berziarah ke makam Radius Prawiro.
Ziarah dan Tabur Bunga mengenang Radius Prawiro, diikuti ratusan orang dari berbagai organisasi/lembaga keumatan kristiani, seperti GMKI, GAMKI, PIKI, PGI, dan juga lintas agama, dikoordinir oleh komunitas ADONARA yang diketuai Guntur Napitupulu.
Ziarah dan Tabur Bunga Radius Prawiro diawali dengan ibadah singkat yang dipimpin Pdt Saut H. Sirait, dimeriahkan dengan vocal group Senior GMKI. Dalam khotbahnya, Pdt Saut mengemukakan kiprah seorang Radius Prawiro, yang tidak hanya dalam kancah pemerintahan, tetapi juga gerakan oikoumene, kegiatan ini juga sebagai upaya Reinventing Radius Prawiro Legacy menuju Indonesia Emas 2045.
Sejumlah kesaksian dan kenangan disampaikan beberapa tamu undangan dan keluarga. Banyak kisah dan catatan penting diungkap dan disampaikan.
Marthin Hutabarat mengisahkan ketika dirinya menjadi Ketua Panitia Kematian dan Pemakaman Radius Prawiro (wafat 26 Mei 2005), ada seorang Menteri yang berkali-kali menghubungi menanyakan ketibaan jenazah Radius Prawiro yang meninggal di Jerman Barat, ternyata Menteri tersebut ditugaskan Presiden Soeharto, dan ketika jenazah sudah tiba di Jakarta, Presiden Soeharto yang pertama melayat
Kesaksian Mbak Ria putri Radius Prawiro, mengisahkan betapapun sibuknya Radius Prawiro mengurus pemerintahan, namun dirinya masih mendapatkan dan merasakan kasih sayang Radius Prawiro sebagai Ayah.
“Bapak dalam hidupnya punya 2 perempuan yang dicintainya, yakni istri terkasih, dan saya anak perempuannya” kenang Mbak Ria.
Sementara Baktinendra Prawiro putra sulung Radius Prawiro, mengungkapkan 2 hal kenangan, yakni Radius Prawiro pernah menggantikan Sri Sultan menerima anugerah kehormatan sebagai Raja dari tokoh-tokoh Toraja di Tana Toraja, dan bagi Baktinendra Radius Prawiro adalah seorang “The Contextual Man” merespon fakta sejarah mengapa Radius Prawiro cukup lama dipercaya menjadi Menteri.
“Pak Radius pernah saya tanya apakah punya suatu rencana panjang, tidak ada rencana panjang katanya, tapi dirinya selalu berdoa untuk setiap rencana yang akan dijalankannya, dan Pak Radius flow aja mengikuti apa yang ada” ujar Baktinendra.
Kegiatan ziarah dan Tabur bunga dilakukan sore setelah ibadah, pertama yang dikunjungi makam Radius Prawiro, lalu berpindah ke seberang depan, yakni makam Ibu Leony Supit Prawiro, istri Radius Prawiro yang juga dimakamkan di TMP Kalibata. (DED)
Be the first to comment