
Media Trans – Lembaga riset Bilangan Research Center (BRC) telah melakukan survei terhadap 1400 responden Gen Z kristiani yang masih duduk di SMP, SMA/SMK atau kuliah di Perguruan Tinggi di 16 kota di Indonesia, wilayah Jabodetabek, Jawa dan Luar Jawa.
Salah satu pertanyaan dalam survei ini adalah : “Siapa yang menjadi teman akrab/best friend mereka?“.
Teman paling akrab dari Generasi Z adalah teman sekolah/kampus sebesar 64.4%, dan Gereja sebesar 14.3%, sedangkan tetangga sebesar 7.7% dan media sosial 3.8%, demikian disampaikan Ketua Umum BRC Handi Irawan dalam seminar hasil riset bertajuk “Ekspresi Spiritualitas Gen Z“, diadakan pada Selasa 25 Juni 2024 di GBI The City Tower Jakarta Pusat Lt. 3.
“Mereka yang memiliki kawan akrab dari komunitas Gereja, memiliki tingkat religiusitas dan spiritualitas yang lebih baik dibandingkan dengan yang teman akrabnya di sekolah. Sedangkan yang teman akrabnya dari media sosial, memiliki tingkat religiusitas dan spiritualitas yang lebih rendah lagi” lebih lanjut paparan Handi.
Survei BRC menunjukkan bahwa, sangat penting bagi gereja menciptakan komunitas dimana Gen Z bisa bertumbuh. Bagi Sekolah Kristen, sangatlah penting menghadirkan lingkungan belajar yang baik.
“Sekolah Kristen harus meningkatkan kualitas pendidikan dan juga menghadirkan cara pandang Kristiani yang kuat dalam pembelajarannya agar Gen Z bertumbuh spiritualitasnya” lanjut Handi yang juga pengusaha CEO Frontier.
Gen Z yang memiliki teman akrab yang baik (di mana mereka merasakan support bagi pertumbuhan rohaninya), akan memiliki komunitas dimana mereka bisa bertumbuh spiritualitasnya, merasa lebih tidak kesepian, dan tekanan soal masa depan juga lebih rendah, demikian bagian hasil riset BRC
Bagi mereka yang memilki komunitas, mereka lebih tidak sensitif terhadap suasana ibadah dan juga terhadap relevansi khotbah.
Responden Gen Z yang memiliki komunitas cenderung lebih loyal untuk beribadah di gereja yang sama (85.6%), dibandingkan dengan yang tidak memiliki komunitas (69.1%).
Handi Irawan D., MBA., M.Com Ketua BRC, juga Ketua Umum Majelis pendidikan Kristen (MPK) di Indonesia, menyampaikan paparan melalui data riset lewat angka-angka, yang dilakukan untuk menolong generasi Z.
“Generasi ini harus memiliki mentor atau kakak rohani sebagai pembimbing dalam mengarahkan untuk mengalami pertumbuhan rohani dan melahirkan generasi yang memuridkan” tandas Handi.
Hal ini menjadi tantangan bagi semua orang yang memiliki kapasitas sebagai pendidik, orang tua, guru, hamba Tuhan, lingkungan sekitar dimana mereka berinteraksi sehari-hari.
Untuk mewujudkan spritualitas generasi Z yang memadai maka, lanjut Handi Irawan menjelaskan bahwa, keadaan generasi Z sangatlah berpengaruh dalam pertumbuhan Spiritualitas Rohani.
“Point penting yang disampaikan adalah bagaimana menciptakan pemimpin yang terbeban untuk menolong para muda-mudi calon penerus bangsa ini atau generasi Z” jelas Handi.
Paparan hasil riset dilanjutkan oleh Ketua Pembina BRC, sekaligus. CEO of Asia Evanggelical Alliance/AEA, Bambang Budijanto, Ph.D.
Bambang Budjianto menjelaskan bahwa, setiap pemimpin harus terlebih dulu memiliki dasar kuat dan metode untuk meregenerasi/memuridkan, supaya gereja tidak akan kehilangan penerus di masa mendatang atau disebut Generasi Z dengan spiritualitas yang ideal.
Diakhir sesi dari diskusi Ekspresi Spiritualitas Gen Z, kedua narasumber yang sekaligus pendiri BRC, memberikan kata penutup.
Handi Irawan, “Mari belajar percaya seperti Kaleb dan Yosua yang mengatakan ‘sekalipun tantangan di depan membuat kita takut, Tuhan ada di pihak kita’ ”.
Sedangkan Bambang Budjianto, menyampaikan bahwa, “Tiap orang harus punya beban menjadi ‘mentoring, menjadi pendamping generasi alpa dan generasi Z’ ” menutup sesi. (DED)
Be the first to comment