Refleksi Hari Kebangkitan Nasional, Batak Center Mengupas Perjuangan Tokoh-tokoh Perempuan Batak Kemerdekaan Indonesia

Media Trans Batak Center mengadakan Refleksi Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 – 20 Mei 2025, mengusung tema “Menghayati Jejak Budi Oetomo, Dengan Keteladanan Putri Lopian Sinambela dan Ida Nasution, Sebagai Inspirasi bagi Indonesia Menghadapi Krisis Global“, secara khusus mengenang keteladanan Putri Lopian Sinambela dan Ida Nasution Dalam semangat Kebangkitan Nasional.

Dalam keterangan medianya, Batak Center mengatakan Putri Lopian Sinambela seolah mewakili berakhirnya upaya strategis bangsa Indonesia, melalui peperangan fisik dengan keringat bercampur darah demi mengusir penjajah Belanda.

Pada tahun-tahun menjelang kemerdekaan Indonesia, muncullah tokoh intelektual muda, Ida Nasution yang mengekspresikan hasil perjuangan Budi Oetomo yang dimulai tahun 1908. Perjuangan kemerdekaan diteruskan melalui jalan pendidikan untuk inspirasi kemerdekaan, gagasan kemandirian sebagai bangsa, dan diplomasi.

Kedua tokoh tersebut adalah perempuan muda yang mencirikan nilai-nilai luhur paripurna tentang keberanian, totalitas, ketangguhan, kecerdasan kritis, dan ketulusan hati.

Kondisi kemiskinan yang meluas di Indonesia saat ini, merupakan hasil akumulasi berbagai faktor sistemik dan struktural yang saling memperkuat. Terbatasnya lapangan pekerjaan dan rendahnya kualitas kesempatan kerja menyebabkan banyak masyarakat kesulitan memperoleh pendapatan yang layak, terlebih di era transformasi digital yang belum merata manfaatnya.

Di samping itu, budaya korupsi yang telah mengakar di berbagai lini, baik dalam sistem pemerintahan maupun non-pemerintahan, memainkan peran krusial dalam memperburuk situasi.

Ketua Panitia, Tiomora Sitanggang Departemen Perempuan dan Perlindungan Anak, dalam laporannya menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai kebangsaan. Tiomora berharap, semangat perjuangan yang telah diwariskan oleh para pendahulu bangsa, dapat tetap menyala.

“Harapannya apa yang dirasakan oleh para pendahulu kita, apinya boleh dipertahankan, bahkan lebih lagi. Demi kejayaan bangsa kita tentunya, supaya sustain dan semakin mencapai cita-cita kita sesuai mukadimah Undang-Undang 1945. Kehidupan yang sejahtera, aman, damai dan semakin maju,” ujar Tiomora.

Tiomora juga menjelaskan bahwa refleksi Hari Kebangkitan Nasional Batak Center, yang dilaksanakan pada 23 Mei 2025 di Sekretariat Batak Center Jl Tanah Abang II Jakarta Pusat, adalah rangkaian atau lanjutan dari refleksi Hari Kartini pada 21 April yang lalu.

“Karena itu kita mengangkat 2 tokoh perempuan Batak sore ini, yakni Putri Lopian boru Sinambela dan Ida Nasution. Putri Sinambela sudah kita bahas pada 21 April kemarin. Sore ini, narasumber kita Prof Payaman Simanjuntak dan Akhir Matua Harahap” jelas Tiomora.

Prof Payaman Simanjuntak adalah Guru Besar Ekonomi Manajemen yang mempunyai keminatan terhadap kesejarahan Batak, akan membahas lebih lagi tentang Putri Lopian, sedangkan Akhir Matua Harahap, akademisi yang juga peneliti UI, penulis ribuan tulisan blog tokoh, mempunyai keminatan terhadap tokoh-tokoh Batak dalam kesejarahan bangsa Indonesia, akan mengupas Ida Nasution.

Diskusi refleksi dipandu Adele Hutapea Departemen Tokoh-tokoh Batak Inspiratif, dan pemandu acara Ernawati Tampubolon.

Perempuan-perempuan Batak dalam Perjuangan dan Pergerakan Kemerdekaan

Dikisahkan Prof Payaman, Putri Lopian atau sering juga disebut Boru Lopian, sebagaimana Ayahnya, Raja Sisingamangaraja XII yang mempunyai kesaktian, Boru Lopian pun mempunyai karunia khusus yang sangat membantu perjuangan Raja Sisingamangaraja XII dan masyarakat Tapanuli melawan Belanda.

Karunia khusus Boru Lopian adalah hikmat memahami situasi yang dapat membahayakan masyarakat dan pasukan Sisingamangaraja XII, sehingga berkali-kali Boru Lopian dan pasukan Sisingamangaraja XII, termasuk masyarakat dapat terhindar dari serangan pasukan kolonial.

Dikatakan Prof Payaman, Boru Lopian dan Sisingamangaraja XII sempat mengadakan perjanjian damai dengan pihak kolonial Belanda, namun ternyata Belanda mengkhianati perjanjian tersebut, pada kisah perjuangan berikutnya, pasukan Belanda berhasil menembak Boru Lopian, dan ketika Sisingamangaraja XII menolong putrinya dengan menggendong, dirinya terkena lumuran darah Boru Lopian, yang akhirnya menghilangkan kekebalan tubuh Sisingamangaraja XII, sehingga akhirnya tewas juga tertembak.

“Putri Lopian adalah simbol keberanian dan keteguhan hati perempuan Indonesia dalam perjuangan fisik melawan kolonialisme,” ujar Prof. Payaman.

Kematian Putri Lopian pada usia relatif muda, terjadi satu tahun sebelum kelahiran organisasi Budi Utomo (1908) yang sering dianggap sebagai tonggak Kebangkitan Nasional.

Sementara itu, Akhir Matua Harahap, mengungkapkan bahwa ada dua nama yang hampir sama, yakni Ida Nasution seorang pejuang intelektual melalui tulisan-tulisan esainya, dan satu lagi Ida Lumongga Nasution, perempuan pertama Indonesia yang meraih Doktor bidang kedokteran dari Belanda. Mereka berbeda waktu dan Medan perjuangan, tapi mereka mempunyai rekam jejak perjuangan yang layak diusung menjadi Pahlawan.

Ida Nasution disampaikan Akhir Matua, mahasiswa Sastra UI yang terkenal kemampuannya menulis esai pergerakan kemerdekaan, sangat dekat dengan sastrawan terkenal Indonesia, Chairil Anwar.

Ida Nasution adalah Presiden pertama Perhimpunan Mahasiswa Universitas Indonesia (PMUI), cikal bakal Dewan Mahasiswa/BEM, kemampuan menulis esai nya diakui berkualitas internasional. Ida Nasution dikisahkan Akhir Matua, berdasar penelusurannya, masih menyisakan misteri.

“Ada kemungkinan Ida Nasution diculik oleh pihak Belanda, dan dibunuh” ujar Akhir Matua.

Jerry R. Sirait, Sekretaris Umum Batak Center, menandaskan bahwa tokoh-tokoh ini dipilih bukan hanya karena darah Batak yang mereka warisi, tapi karena nilai-nilai perjuangan totalitas yang mereka tunjukkan dalam usia muda. (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*