MediaTrans, Aparatur Sipil Negara (ASN) Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, program penerimaan angkatan kelima, yakni penerimaan ASN pada tahun 2009, pada hari Sabtu 4 Januari 2020, pagi hingga jelang sore, melakukan tasyakuran atas pengabdian mereka selama 10 tahun (2009-2019) sebagai abdi negara pada BNN RI. Suatu aktivitas yang perlu diapresiasi dan dicontoh oleh ASN lainnya.
Para ASN BNN RI angkatan kelima, atau yang mereka biasa menyebutnya sebagai BALI (BNN Angkatan Lima), melakukan tasyakuran yang bertajuk “10 Tahun Aksi BALI Untuk Negeri, Bersatu Selamatkan Generasi” di Pondok Pesantren Yatim, Piatu, Dhuafa, dan Anak Terlantar, yang dikelola oleh Yayasan As-Shofiani Ahmadi, berlokasi di Kp. Kedung Ringin RT 03/02, Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kab. Bekasi.
Sekilas mengenai Yayasan As-Shofiani Ahmadi, didirikan pada 30 Juni 2014 (Akte Notaris) oleh Ustadz Abi Ahmad Rofi’udin, seorang penjual beras keliling di daerah Babelan. Pemikiran mendirikan suatu pondok pesantren, didapat Ust. Ahmad saat berkeliling untuk berjualan, tanpa sengaja bertemu anak-anak yang kurang beruntung, yakni anak yatim dan piatu, tak punya keluarga, tidak punya tempat tinggal. Ust. Ahmad mengajak mereka tinggal dibangunan yang berdiri diatas tanah wakaf. Saat itu, anak putri tinggal di rumah yang didiami keluarga Ust. Ahmad, sedangkan anak putra menempati bangunan bekas toko pupuk yang tidak terpakai.
BALI (BNN Angkatan Lima) dengan dibantu oleh Aya dkk, team dari Radio CNS (Cegah Narkoba Streaming; radio streaming dikelola Deputi Bidang Pencegahan BNN RI), mengadakan serangkaian kegiatan bersama puluhan anak-anak pondok.
Lulyana Ramdhani yang kini bekerja pada BNN Provinsi Jawa Barat, didaulat memberikan sambutan, perkenalan, serta maksud dan tujuan kegiatan. Pria yang akrab disapa Luli, menjelaskan bahwa kegiatan di Pondok Pesantren As-Shofiani Ahmadi, selain sebagai wujud rasa syukur keberadaan BALI mengabdi 10 tahun terhadap negara pada lembaga BNN, dan juga dalam rangka turut memotivasi anak-anak pondok, untuk dapat maju dan berprestasi tanpa narkoba, secara khusus dalam rangka menyongsong tahun 2030 sebagai tahun bonus demografi, Luli mengingatkan agar anak-anak pondok dapat lebih serius untuk belajar dan menempuh pendidikan, dan menghindari bahaya narkoba. Luli juga meminta dukungan doa dari anak-anak pondok, serta Umi pengasuh pondok, yakni istri dari Ust. Ahmad, agar mereka BALI dapat melanjutkan tugas dan pengabdian dengan baik.
Umi mewakili pengasuh pondok, selain menceritakan sekilas riwayat berdirinya pondok, menjelaskan aktivitas anak-anak pondok, juga menyampaikan terima kasih atas kedatangan dan kegiatan BALI di Pondok Pesantren As-Shofiani Ahmadi, dan berharap kegiatan BALI berkah bagi anak-anak pondok, pun bagi BALI sendiri.
Selain Luli, perwakilan BALI lainnya, Eva Fitri Yuanita, diminta untuk menyampaikan sosialisasi mengenai P4GN (pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba) kepada anak-anak pondok. Eva menyampaikan bahwa narkoba itu singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan-bahan adiktif lainnya. Eva menjelaskan lebih lanjut, bahwa narkoba ada dalam kehidupan sehari-hari, yakni khususnya yang disebut bahan-bahan adiktif, dan kemungkinan tidak disadari, bahan-bahan adiktif tersebut rutin dikonsumsi anak-anak pondok, seperti kopi, teh, coklat, menghirup aroma bensin, dan sebagainya, termasuk juga obat bius ataupun pengurang rasa sakit/nyeri saat mengalami operasi/luka. Dilakukan pula pembacaan ayat suci Al-Qur’an, yakni Surat Ar-Rahman, yang dibawakan oleh salah seorang anak putri pondok, yakni Aan Agustina.
Bersama Luli, anggota BALI lain yang berkesempatan hadir, yakni Eva Fitri Yuanita (Pencegahan), Frieda A. Tonglo (Rehabilitasi), Rizky Ferdianto (PPSDM), Utami Listia (Pemberantasan), Larasati Aprilia (LPSE BNN, Biro Umum Settama), Apriyani (BNNK Depok), dan Desy Ari Susanto (Pasca-Rehabilitasi). Mereka membaur berinteraksi bersama puluhan anak-anak pondok, games, berbincang-bincang, termasuk memperagakan yel-yel “Hidup Sehat, Stop Narkoba Sekarang Juga, Mulai Dari Saya”.
Kebersamaan BALI dengan anak-anak pondok, diakhiri dengan makan bersama ‘ala’ pondok, yakni duduk lesehan bersama beralaskan terpal plastik, dengan kertas makan beserta nasi dan lauk-pauknya terhidang didepan mereka. Tidak terasa waktu sekitar 4 jam berlalu, anak-anak pondok nampak senang berinteraksi, dan mereka pun berterima kasih atas bingkisan kelengkapan sekolah, dan kebersihan diri yang diberikan oleh BALI. (DED)
Be the first to comment