Jakarta akan Tenggelam : Antisipasi Pemprov DKI Jakarta Hingga Pindah Ibu kota

Media Trans Sebagian wilayah Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050, 8 daerah yang diperkirakan lebih awal tenggelam, menurut Kepala Sumber Daya Air DKI Jakarta Yusmada Faizal, yakni Muara Baru pada 2020 telah minus 1 meter dibawah permukaan laut, Kamal Muara di bawah 3 meter, Tanjungan 2,10 meter, Pluit 4,35 meter, Gunung Sahari 2,90 meter, Ancol 1,70 meter, Marunda 1,30 meter, dan Cilincing 1 meter.

Masalah penurunan permukaan tanah Jakarta, sudah muncul secara khusus sejak terbitnya Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 1998, yakni Perda Penyelenggaraan dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Namun mencuat kembali saat pidato Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada 27 Juli 2021, yang mengatakan Jakarta dalam 10 tahun akan tenggelam akibat pemanasan global yang berdampak mencairnya es Kutub Utara, berakibat meningginya permukaan laut.

Penurunan Muka Tanah DKI Jakarta

Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan, kondisi permukaan tanah Jakarta saat ini sangat mengkhawatirkan, bahkan ada wilayah yang kini sudah berada 1 meter di bawah permukaan air, sebagai dampak eksploitasi penggunaan air tanah.

“Ini di Muara Baru tahun 2020 itu sudah minus 1 (meter) di bawah permukaan laut,” kata dia pada 2 September 2021.

Muara Baru diprediksi sepenuhnya menjadi laut lepas dengan kedalaman 4,6 meter di tahun 2050 jika tidak ada intervensi dari pemerintah.

Tidak hanya di Muara Baru, tujuh wilayah di pesisir Jakarta juga terancam tenggelam di tahun 2050 yaitu Kamal Muara di bawah 3 meter, Tanjungan 2,10 meter, Pluit 4,35 meter, Gunung Sahari 2,90 meter, Ancol 1,70 meter, Marunda 1,30 meter, dan Cilincing 1 meter.

Yusmada mengemukakan bahwa masalah penurunan muka tanah, sudah disuarakan sejak terbitnya Perda No 10 tahun 1998, perda yang mengatur pajak pemanfaatan air tanah di Jakarta itu mampu memperlambat penurunan air tanah dari 20 sentimeter per tahun menjadi 5 sentimeter per tahun.

Yusmada menjelaskan, pengurangan penurunan muka tanah di Jakarta tak lain disebabkan oleh berkurangnya penyedotan air tanah yang dilakukan untuk kegiatan komersial di Jakarta.

Oleh karena itu, pemerintah mengimbau masyarakat untuk mengurangi eksploitasi dan penggunaan air tanah. Hal itu sebagai salah satu upaya untuk mencegah agar Jakarta tidak tenggelam.

3 Faktor Tanah Mengalami Penurunan

Koordinator Geologi Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wahyudi Memet menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tanah mengalami penurunan.

Pertama, proses atau aktivitas vulkanik dan tektonik, siklus geologi, dan adanya rongga di bawah permukaan tanah. Kedua, pengambilan bahan cair dari dalam tanah, seperti air tanah atau minyak bumi.

Ketiga, terdapat beban berat di permukaan, seperti struktur bangunan, sehingga lapisan tanah di bawahnya mengalami kompaksi atau konsolidasi.

Wahyudi berpandangan, fenomena penurunan tanah yang terjadi di Jakarta, khsusnya di Jakarta Utara, merupakan dampak dari pembangunan yang masif.

Tanah endapan yang masih muda kemudian dilakukan konstruksi pembangunan juga dapat menjadi salah satu penyebab tanah mengalami penurunan.

Kebijakan Pemprov DKI Cegah Jakarta Tenggelam

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Yusmada Faizal mengatakan, ada sejumlah kebijakan yang diambil Pemprov DKI untuk mencegah Jakarta tenggelam tahun 2050.

Pertama, pembangunan tanggul pantai yang mulai dibangun di pesisir utara Jakarta.

Upaya kedua adalah pembangunan sistem polder. Sistem ini memungkinkan air dipompa keluar kembali ke laut meskipun daerah pesisir sudah berada di bawah permukaan laut.

Ketiga sistem monitoring land subsidence (pemantauan penurunan permukaan tanah) dalam rangka pengambilan keputusan untuk strategi mitigasi dan pengembangan wilayah pesisir bekerjasama dengan ahli dan akademisi,” lanjut Yusmada.

Untuk mendukung pencegahan penurunan permukaan tanah Jakarta secara masif, program keempat yang digenjot Pemprov DKI Jakarta adalah pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan.

Sistem itu akan menurunkan konsumsi air bersih dengan sumber air tanah yang ditengarai sebagai penyebab penurunan permukaan tanah Jakarta.

Kelima, melakukan pengendalian pemakaian air tanah dan pelaksanaan kolam resapan air tanah,” ujar dia.

Program keenam, program bersama pemerintah pusat untuk membuat waduk dan embung sebagai penumpang air hujan di hulu sungai-sungai yang bermuara di pesisir Jakarta.

Ketujuh, DKI akan membangun sistem pengelolaan air limbah untuk mendukung pemanfaatan air secara berkala melalui sistem daur ulang.

Mengatasi Masalah Penggunaan Air Tanah

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membangun Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) di Kepulauan Seribu, alat yang berfungsi untuk mengolah air laut menjadi air tawar agar kebutuhan air bersih di tempat itu bisa lebih terjangkau.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, menanggapi isu tenggelamnya Jakarta sebagai masalah yang urgen, perlu ada upaya yang terintegrasi dengan penanganan yang cepat.

Pemerintah Pusat berkolaborasi dengan Pemprov DKI Jakarta menyusun sebuah perencanaan yang menyinergikan proyek inisiatif Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan dituangkan dalam nota kesepakatan yang mencakup rincian program, jangka waktu serta skema pembiayaan yang tepat.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, titik penurunan muka tanah di Ibu Kota berkurang dari 20 titik lebih menjadi 5 titik saja, berkurangnya titik penurunan tanah Jakarta disebabkan berkurangnya aktivitas penyedotan air tanah untuk konsumsi air bersih.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mulai melarang penggunaan air tanah bagi sebagian pemilik bangunan di Ibu Kota mulai tahun depan. Pelarangan pengambilan dan penggunaan air tanah ini guna mencegah Jakarta tenggelam di masa mendatang.

Aturan pelarangan penggunaan air tanah ini sudah disahkan Anies melalui Peraturan Gubernur Nomor 93 Tahun 2021. Dalam Pasal 2 Pergub disebutkan, pelarangan hanya dilakukan pada bangunan di Zona Bebas Air Tanah. Total ada 12 ruas jalan utama dan 9 kawasan yang masuk ke dalam zona tersebut.

Pelarangan mengambil air tanah juga terbatas hanya pada bangunan gedung dengan luas lantai 5.000 meter persegi atau lebih, dan/atau jumlah lantai 8 atau lebih.

Presiden AS Joe Biden : Jakarta Akan Tenggelam, Pindah Ibu Kota

Presiden AS Joe Biden mengungkapkan bahwa, ibu kota Jakarta berpotensi untuk tenggelam 10 tahun lagi, pernyataan tersebut disampaikan Biden saat berpidato di Kantor Direktur Intelijen Nasional, AS, Selasa (27 Juli 2021). Menurut Biden, apabila pemanasan global terus terjadi, maka bisa berdampak pada mencairnya es di kutub sehingga permukaan air laut naik. Karenanya, menurut Biden tak menutup kemungkinan bisa saja 10 tahun mendatang Jakarta tenggelam.

“Apa yang terjadi di Indonesia jika perkiraannya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena akan tenggelam?” tandas Joe Biden. (DED, berbagai sumber)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*