Media Trans – Rapat Kerja Nasional I Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) yang dipimpin Pdt. Dr. Iwan Tangka, atau yang juga disebut GKSI Rekonsiliasi, diadakan di Kantor Sinode GKSI Jl. Kerja Bakti Kampung Makasar Jakarta Timur, pada 19-21 November 2022.
Rakernas I GKSI Rekonsiliasi mengusung tema “Akulah Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 22: 12-13), dilaksanakan secara hybrid (onsite dan online), dihadiri 168 utusan hamba Tuhan dari berbagai daerah di Indonesia, ada 18 utusan yang mengikuti Rakernas secara online via zoom meeting.
Willem Frans Ansanay, SH., M.Pd Majelis Tinggi Sinode GKSI, yang juga pendiri GKSI mengemukakan bahwa dalam rakernas sebelumnya dan saat ini, GKSI Rekonsiliasi tengah berupaya mengembangkan adanya kemandirian ekonomi.
“Kita punya 25 hektar kebun Kelapa Sawit di Kalimantan Barat, dan 5 hektar di Kalimantan Tengah, yang dikelola oleh pengurus wilayah GKSI, dan hasilnya dipertanggungjawabkan ke pusat,” ujar Frans.
Frans Ansanay yang juga pengurus DPP Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), mengenai rekonsiliasi GKSI, mengingatkan, bahwa organisasi gereja jangan dihancurkan karena kepentingan pribadi. Menurutnya, gereja adalah milik Tuhan bukan milik orang per orang.
“Apa sih urgent nya jabatan Ketua Sinode tidak bisa diganti? Negara saja ada batasan periodisasi jabatan presiden, mau 3 periode atau diperpanjang menolak karena melanggar konstitusi, ini kok ngotot maunya mimpin gereja seumur hidup,” tandas Frans.
Seseorang yang memimpin suatu organisasi terlalu lama bahkan seumur hidup tidaklah baik, dan biasanya ada sesuatu yang disembunyikan dan ingin memperkaya diri, jelas Frans.
“Mereka (GKSI versi Daan Mogot) dengan tegas menolak rekonsiliasi yang disarankan oleh PGI, PGIW dan Dirjen Bimas Kristen, agar GKSI berdamai menyatu kembali,” tegas Frans.
Bahkan pihak GKSI Daan Mogot sampai mengeluarkan statement “Biarlah waktu yang membuktikan mana yang mati dan mana yang hidup, mana gandum mana ilalang”, ungkap Frans.
“Faktanya kami terus berkembang, asset terus bertambah, sudah 2 kali ganti Ketum Sinode sementara mereka (GKSI Daan Mogot) jalan di tempat, bahkan berkurang anggota gerejanya. Para pendeta GKSI bahagia mendapat baju toga pendeta yang selama GKSI ada belum pernah mereka diberikan,” tutur Frans.
Sebenarnya, lanjut Frans, pihaknya tidak memerlukan adanya rekonsiliasi karena dianggap sudah selesai sejak belasan tahun lalu tak kunjung terjadi, karena pihak GKSI versi satunya menolak keras adanya rekonsiliasi perdamaian GKSI.
“Tetapi karena kita (GKSI Rekonsiliasi) menghormati dan menuruti apa yang disarankan gereja aras dalam hal ini PGI dan Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI yang lalu,” terang Frans.
Sementara itu, Ketua Umum GKSI Rekonsiliasi, Pdt. Iwan Tangka menjelaskan, bahwa, munculnya Sinode GKSI Rekonsiliasi, karena sejak Tahun 2014 terjadi dualisme kepemimpinan di sinode GKSI, yakni satu kepemimpinan Sinode GKSI berkantor pusat di Jl. Kerja Bakti, Kp.Makasar, Jakarta Timur, dan yang satunya biasa disebut GKSI Daan Mogot.
GKSI Jl.Kerja Bakti hingga saat ini konsisten menginginkan rekonsiliasi perdamaian sinode, merujuk pada arahan PGI dan Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI, sedangkan GKSI Daan Mogot menolak perdamaian hingga saat ini.
Pada kesempatan yang sama, keterangan Ketum GKSI Rekonsiliasi, Pdt. Iwan Tangka dibenarkan oleh Sekretaris Umum GKSI Rekonsiliasi, Pdt. Bayu Kusumo.
Pdt. Bayu Kusumo menjelaskan bahwa, pada Rakernas I 2022 yang terbagi dalam 4 komisi, salah satu komisinya adalah komisi rekomendasi. Selain mengupayakan terus rekonsiliasi GKSI, hasil sidang komisi rekomendasi juga mengajukan adanya pemenuhan keinginan hamba Tuhan (misionaris) di lapangan seperti bangunan gereja dan kelengkapan surat administrasi gereja seperti surat baptis GKSI dan lainnya.
“Semua hasil sidang komisi kita terima,” pungkas Pdt, Bayu Kusumo ketika memberikan keterangan kepada wartawan.
Rakernas I Sinode GKSI tahun 2022, berakhir pada 20 November 2022 malam, dan dilanjutkan pada Senin 21 November 2022 penutupan Rakernas, sekaligus Ibadah Syukur HUT GKSI ke-34, bertempat di Restoran Bandar Djakarta Ancol Jakarta Utara.
Ibadah Syukur HUT GKSI KE-34
Peserta Rakernas I Sinode GKSI tahun 2022, selain mendapat kejutan berupa pemberian toga kependetaan, juga kejutan berikutnya berwisata dan menikmati kuliner dikawasan wisata Ancol.
Perayaan HUT ke-34 Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) bertempat di Restoran Bandar Djakarta Ancol, Senin 21 November 2022, berlangsung semarak penuh kebersamaan dan kekeluargaan. Perayaan tersebut mengusung semangat gereja yang terus bertumbuh dan harus berbuah.
Perayaan HUT dilakukan usai Rakernas I sinode GSKI Rekonsiliasi di Jl. Kerja Bakti, Jakarta Timur. dari tempat Rakernas, seluruh peserta rakernas dan pengurus pusat sinode GSKI berangkat menuju Restauran Bandar Djakarta, Taman Rekreasi Ancol, Jakarta Utara.
Ibadah syukur HUT Sinode GKSI ke-34, dipimpin oleh Pdt. Lazarus dari GKSI Sampit, yang mengangkat nats dari Matius 13 ayat 18-23, yakni perumpamaan tentang penabur, mengingatkan bahwa yang terpenting dari suatu gereja bukan sekedar “Bertumbuh” tetapi harus “Berbuah”.
“Jangan sampai Benih yang ditabur oleh GKSI jatuh di bebatuan pinggir jalan atau di semak duri tetapi harus tumbuh di tanah yang subur. Bukan sekedar tumbuh tetapi harus dapat berbuah. Tidak penting berapa banyak Buah yang dihasilkan 100, 60 atau 30 yang terpenting harus berbuah,” kata Pdt Lazarus.
Pdt. Lazarus mengimbau kepada seluruh hamba Tuhan yang bernaung di sinode GKSI di seluruh daerah yang ada di Indonesia jangan pantang menyerah dalam memberitakan kabar baik menarik banyak jiwa meski berkekurangan ekonomi.
Usai ibadah, panitia Rakernas dan HUT GKSI memberikan penghargaan kepada 2 orang tokoh pendiri sinode GKSI yakni, Willem Frans Ansanay, SH., M.Pd, dan Pdt. Paul Amirullah.
Dalam sambutannya, Ketua Umum Sinode GKSI Rekonsiliasi, Pdt. Dr. Iwan Tangka berharap GKSI jangan kering tetapi terus tumbuh.
“Saya ingin lihat nanti Rakernas Tahun depan dan HUT ke-35 GKSI bertumbuh tambah 10 Provinsi. Maju, Maju, Maju, Pantang mundur” semangat Pdt Iwan.
Sementara, Ketua Majelis Tinggi yang juga Bendum GKSI, Frans Ansanay kembali mengingatkan spirit GKSI yang kuat berakar, terus bertumbuh dan harus berbuah dalam Kristus.
“Jangan berkata kepada Tuhan apa yang akan Tuhan berikan kepada mu tetapi berkatalah apa yang dapat saya berikan untuk Tuhan. Kita yakin GKSI tetap eksis sampai Maranatha,” tandas Frans.
Ternyata kejutan tidak hanya dialami peserta Rakernas I, tetapi juga ada kejutan bagi Elisabeth Aritonang, istri Frans Ansanay yang berulang tahun ke-49 tahun hari bertepatan dengan HUT GKSI. Lantunan lagu selamat ulang tahun, ucapan selamat dan kue tart pun diterima Elisabeth yang kelihatan bahagia dengan kejutan tersebut. (DED)
Be the first to comment