Media Trans – Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia (MPK) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mengadakan Ibadah Syukur Awal Tahun 2024 dan Seminar Pendidikan Kristen di Auditorium Lantai 5 Grha Oikoumene PGI, Salemba, Jakarta Pusat, pada hari Jumat (19/1).
Adapun kegiatan yang mengusung tema “Kolaborasi Menuju Tranformasi”, menghadirkan Handi Irawan D, MBA, M.com (Ketum MPK Indonesia), Pdt. Dr. Henriette Lebang (Majelis Pertimbangan PGI); Pdt. Kaston Sinaga (Wakil ketua 3 Bidang Kemitraan MPKW Jabodesiten) dan Pdt. Ferry Simanjuntak (Sekum PGIW DKI Jakarta) sebagai narasumber seminar. Hadir juga Ketua Umum MPH PGI Pdt (Em) Gomar Gultom, M.Th yang menyampaikan renungan firman Tuhan.
Ketum MPK Handi Irawan mengemukakan bahwa, situasi dunia pendidikan kristen di Indonesia, sedang tidak baik-baik saja.
Banyak sekali persoalan yang terjadi di lapangan, seperti sulitnya lembaga-lembaga pendidikan Kristen mendapatkan dana operasional yang memadai, minimnya jumlah lembaga pendidikan Kristen yang terakreditasi, serta mahalnya biaya pendidikan yang harus dibayar peserta didik.
“Bila lembaga pendidikan tidak memiliki cukup dana, bagiamana mereka mampu mengembangkan kualitas pelayanannya? Lebih jauh lagi, bagaimana bisa membayar gaji para tenaga pengajar? Tidak heran kalau kemudian banyak guru yang lebih tertarik mengajar di sekolah negeri,” tandas Handi.
Handi Irawan menjelaskan, bahwa tidak semua Perguruan Kristen (PTK) di Indonesia memiliki Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan (FKIP).
“Dari total 37 Perguruan Tiinggi Kristen di Indonesia yang memiliki FKIP itu hanya 21. Sesuai data, total mahasiswa FKIP (calon guru) di Indonesia pada tahun 2023 itu berjumlah 15860 orang. Setiap tahun kelulusan sekitar 4000 orang guru yang berasal dari FKIP Perguruan Tinggi Kristen. Persoalannya,tidak semua lulusan FKIP mau mengajar di sekolah kristen. Jadi, beberapa tahun ke depan, sekolah Kristen akan kekurangan guru kristen. Sehingga hal itu bisa memicu menurunnya kualitas sekolah kristen,” ujar Handi.
Data-data yang disampaikan Handi diamini oleh Henriette Lebang. Ia teringat bagaimana dulu lembaga pendidikan Kristen sangat mempengaruhi perubahan masyarakat di kampung halamannya.
Masyarakat yang terbelakang dan tertutup dibuka pemikirannya, sehingga menjadi masyarakat yang maju. Namun seiring perubahan zaman, akses kepada pendidikan yang berkualitas hanya terbatas pada kalangan tertentu.
“Sekolah-sekolah Kristen memang bagus. Memberikan kualitas yang baik. Sayangnya, hanya orang-orang dari kalangan ekonomi tertentu yang bisa sekolah di sana,” katanya.
Dalam sesi diskusi, ternyata banyak sekali saran dan kritik kepada lembaga pendidikan Kristen. Namun semua diterima dengan baik, sebab tujuannnya mengembangkan kualitas pendidikan Kristen secara holistik.
MPK dalam hal ini menegaskan komitmennya untuk menjembatani lembaga-lembaga pendidikan Kristen dengan gereja lokal. Di sisi lain, MPK juga akan mendorong adanya kerjasama antara lembaga-lembaga donor dengan lembaga-lembaga pendidikan Kristen. Terutama bagi lembaga pendidikan yang ada di daerah terpencil.
Hal lain yang akan dilakukan MPK adalah membangun kerjasama antar sekolah, sehingga ada transfer ilmu pengajaran dan teknologi. Bila semua bisa terwujud, dunia pendidikan Kristen akan memiliki masa depan lebih cerah. (ROB)
Be the first to comment