Media Trans – Perusahaan mesin pencari Google diprediksi tak akan lagi mendominasi pasar iklan internet di masa depan. Sebuah laporan menyebutkan pertumbuhan pendapatan Alphabet, induk perusahaan Google, pada kuartal ini tidak sebanyak kuartal sebelumnya.
Hal ini didorong persaingan ketat yang harus dihadapi layanan mesin pencarian Search. Para pengiklan juga mulai melirik perusahaan lain seperti Amazon dan TikTok, serta platform berbasis Artificial Intelligence (AI) lainnya, demikian dilaporkan cnbcindonesia.com 29 Oktober 2024.
Pendapatan Google Search diperkirakan analis dari Visible Alpha tumbuh 11,6% pada kuartal ketiga (Q3) 2024. Angka itu masih rendah dari Q2 yang meningkat 13,8%.
Awal bulan ini, firma riset eMarketer memprediksi pangsa iklan pencarian milik Google turun hingga di bawah 50% pada tahun depan di Amerika Serikat (AS). Jika benar, ini menandai fenomena penurunan signifikan untuk pertama kalinya dalam 18 tahun terakhir.
Di sisi lain, pendapatan iklan pencarian Amazon di AS tumbuh 24%. Platform Perplexity AI yang didukung pendiri Amazon Jeff Bezos juga mendapatkan banyak keuntungan dari pendapatan iklan.
“Pendatang baru seperti Perplexity dan ChatGPT mendapatkan miliaran dolar karena asumsi pencarian bisa diganggu, Google dianggap lambat dan tidak siap untuk pengembangan GenAI,” jelas analis dari Moffettnathanson, dikutip dari Reuters, Selasa (29/10/2024).
Mereka berpendapat kemungkinan tren ini juga akan terus berlanjut hingga 2025. “Sebagian narasi negatif akan sulit dibantah tahun depan,” jelas analis.
Para analis mengharapkan adanya perubahan pada Google Search. Meski mulai gencar mengadopsi AI, tetapi Google terhitung tertinggal karena para pesaingnya tumbuh subur dan sudah lebih dulu memperkenalkan kemampuan AI.
Selain itu, kasus monopoli Google juga jadi faktor penentu. Ada kemungkinan model bisnis Google di masa depan dirombak, sehingga tidak bisa mempertahankan keunggulan pada pencarian eksklusif bagi pengguna Android dan iOS di AS.
Dengan begitu, hal ini membuka peluang besar bagi para pesaingnya untuk terus bertumbuh.
Google Digugat Pengadilan Rusia USD20 desiliun
Google baru-baru ini telah didenda pengadilan Rusia dengan angka yang sangat fantastis, bahkan lebih besar dari nilai perusahaan Google saat ini.
Raksasa teknologi ini dituntut sebesar USD20.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000 (33 digit) atau sebesar USD20 desiliun atau USD20 miliar triliun triliun.
Denda tersebut karena Google dituding memblokir propaganda pro-Rusia di YouTube.
Nominal tersebut sangat besar sampai-sampai membutuhkan 34 angka nol di belakang angka 2 untuk menuliskannya.
Denda yang hampir tidak dapat diucapkan ini mencapai sekitar US$20 miliar triliun. Jumlah tersebut jauh melebihi dengan ukuran ekonomi global, sementara induk Google, Alphabet, hanya memiliki nilai pasar sekitar US$2 triliun. demikian dilaporkan cnnidonesia.com.
Denda tersebut adalah hasil dari akumulasi denda selama empat tahun. Angka ini berlipat ganda setiap pekan di bawah hukum Rusia.
Denda awalnya cuma 100.000 rubel (atau sekitar US$16.186) ketika dijatuhkan kepada raksasa teknologi AS tersebut pada 2020, setelah outlet media Tsargrad dan RIA FAN memenangkan tuntutan hukum terkait pembatasan pada saluran YouTube mereka. (DED)
Be the first to comment