Media Trans – Perkumpulan Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) dengan semangat 16 tahun berdirinya MADYA, yang berdiri pada 9 Januari 2009, kemarin sore Jumat 10 Januari 2025 menemui Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, S.S., M.Sc di kantor Kementerian Kebudayaan Gedung E komplek Kemendikbud Senayan, untuk berdialog seputar masalah cagar budaya, penegakan hukum perlindungan warisan budaya, pengelolaan museum, manajemen sumber daya manusia bidang kebudayaan, pembinaan generasi muda, hingga penguatan kinerja kementerian kebudayaan.
Dialog yang berlangsung secara akrab, diisi juga dengan penyampaian puisi berisikan pesan harapan kepada Fadli Zon Menteri Kebudayaan.
Koordinator MADYA Joe Marbun menjelaskan bahwa turut hadir dalam dialog, beberapa unsur komunitas diantaranya alumni Kongres Kebudayaan Pemuda Indonesia (KKPI), aktivis pemerhati cagar budaya, akademisi, aktivis Cakra Satya 08 (CS 08), dan aktivis kebudayaan.
Joe Marbun dalam kesempatan dialog tersebut, mengapresiasi kehadiran Kementerian Kebudayaan, dan menyambut baik serta mendukung Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan.
Joe menyampaikan bahwa perlu adanya percepatan penyesuaian kelembagaan, penataan struktur dan manajemen sumber daya manusia kementerian.
“Harus ada perubahan mind set dari yang sebelumnya Direktorat Jenderal, kini Kementerian” ujar Joe.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon hadir didampingi sejumlah pejabat kementerian, Tenaga Ahli, dan Staf Khusus, menyambut baik kehadiran MADYA.
Dialog Menbud Fadli dengan komunitas MADYA, seakan pertemuan reuni sesama aktivis peduli warisan budaya. Sesekali mencuat kisah-kisah komunikasi MADYA dengan Fadli Zon, terkait proses advokasi beberapa tahun silam.
“Saya tahu bahwa MADYA punya concern terhadap pelestarian dan perlindungan cagar budaya dari dulu” ujar Menbud Fadli.
Joe meminta agar Menteri Fadli dapat membuat suatu kebijakan, terkait keseriusan komitmen pemerintah dalam penegakan hukum perlindungan cagar/warisan budaya, juga peningkatan kinerja Tim Ahli Cagar Budaya, maupun unsur-unsur terkait lainnya.
Menbud Fadli dan MADYA mempunyai pemikiran yang sama, terkait pembinaan kebudayaan terhadap generasi muda, yang saat ini cenderung gandrung terhadap kebudayaan asing, seperti K-Pop, budaya Jepang, dan kebudayaan barat.
“Saya setuju untuk nanti kita adakan Kongres Kebudayaan Pemuda, dalam rangka 100 tahun Sumpah Pemuda 2028” sambut Menteri Fadli merespon pokok pikiran yang disampaikan Joe Marbun, tentang Kongres Kebudayaan Pemuda Indonesia yang pernah diadakan pada 2012.
MADYA juga menyerukan tentang dana abadi kebudayaan, agar dapat dikelola dan digunakan dengan baik untuk kemajuan kebudayaan.
Menbud Fadli menjelaskan bahwa Menteri Keuangan sangat concern terhadap Dana Abadi Kebudayaan, sehingga membuat peraturan yang ketat, namun ketatnya peraturan, terkesan membuat minimnya penyerapan dana dimaksud.
“Itu (dana abadi) memang sangat susah diakses, banyak complain nya, tapi itu kan di Kementerian Keuangan, itu sebenarnya untuk memproteksi agar tidak terjadi penyelewengan, tapi saking protektifnya, orang jadi males mengaksesnya, sehingga dana ini tidak terserap, bukan habis” jelas Menbud Fadli.
Keberadaan BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan), sebagai unit pelaksana teknis (UPT), Menbud Fadli menyampaikan bahwa akan ada penambahan BPK dari 23 unit menjadi 33 unit di semua provinsi, namun ada beberapa provinsi yang BPK nya masih dirangkap seperti di Tanah Papua, dan Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara
Menbud Fadli merespon tentang perlindungan situs-situs bersejarah, khususnya terkait dengan kesejarahan kerajaan-kerajaan nusantara, tidak cukup hanya sekedar dibentuk pusat-pusat informasi, tapi juga perlu ada museum nya, paling tidak open air museum, seperti open air museum untuk situs-situs Kerajaan Majapahit.
Menbud Fadli setuju perlunya pendataan kebudayaan, termasuk juga pendataan koleksi yang ada di museum, seperti Museum Nasional, agar sesuai antara data pencatatan dengan riil keberadaan benda/koleksinya. (DED)
Be the first to comment