Diskusi Panel Budaya Sumatera Utara, Kerjasama IKA USU Jakarta-DPD RI, Hadirkan Pembicara Ketua DPD RI dan Sejumlah Guru Besar

Media Trans – Ratusan orang dengan dress code atribut ataupun bernuansa Batak, termasuk juga pakaian tradisional asal daerah Sumatera Utara, pada 26 Juni 2025 siang hingga sore hadir di Gedung Nusantara V MPR RI.

Mayoritas mereka adalah alumni Universitas Sumatera Utara dari wilayah Jakarta dan Banten, dan tamu undangan, mengikuti Diskusi Panel Budaya kerjasama Ikatan Alumni Universitas Sumatera Utara (IKA USU) Wilayah Jakarta dengan Dewan Perwakilan Daerah RI, bertajuk “Merawat Budaya Sumatera Utara Ditengah Arus Modernisasi, Dalam Rangka Memperkuat Bingkai Kebangsaan“.

Diskusi panel menghadirkan pembicara kunci, Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin, S.Sos., M.Si, sekaligus membuka resmi acara. Adapun pembicara hadir yakni : Ketua Lembaga Penelitian USU Prof.Dr. Robert Sibarani, M.Si, Guru Besar Universitas Krisnadwipayana Prof. Dr. Payaman J. Simanjuntak, SH., APU, dan dipandu moderator Dr. Sampe Purba (pemerhati budaya).

Tujuh Martogi Siahaan Ketua IKA USU Wilayah Jakarta, dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa, “Di tengah derasnya arus modernisasi dan tantangan globalisasi, kita ditantang tidak hanya untuk mempertahankan warisan budaya, tapi juga menghidupkannya, mengkontekstualkan agar tetap relevan dan membumi bagi generasi muda dan generasi yang akan datang,” papar Martogi.

Martogi berharap melalui kegiatan semacam ini, dapat ditegaskan bahwa modernisasi tidak harus menggerus budaya. Sebaliknya, dengan semangat inovasi dan pemanfaatan teknologi, budaya Sumatera Utara dapat tampil di panggung nasional bahkan global tanpa kehilangan jatidirinya.

Saat prosesi pembukaan dan pemaparan sebagai pembicara kunci, Ketua DPD RI Sultan B. Najamudin didampingi Ketua Komite II DPD RI Dr. Badikenita Putri Sitepu, SE., SH., M.Si yang juga alumni Fakultas Ekonomi USU, dan Tujuh Martogi Siahaan Ketua IKA USU Wilayah Jakarta.

Arahan Ketua DPD RI

“Modernisasi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti dan ditolak, namun perlu diarahkan dan disikapi dengan bijak. Diperlukan proses kolaborasi dan inovasi budaya melalui proses akulturasi budaya dan difusi teknologi secara terukur dalam menjaga dan meningkatkan daya tarik wisata budaya Sumatera Utara” disampaikan Ketua DPD RI.

Sultan Najamudin mengungkapkan bahwa dirinya cukup mengenal budaya Sumatera Utara, karena Kakaknya menikah dengan orang Batak, dan dirinya sering diajak berkunjung ke kampung iparnya di Sibolga.

“Keaslian dan keberagaman budaya sebagai identitas lokal dan nasional harus terus dirawat di tengah kegemerlapan teknologi digital. Tentunya melalui inovasi akulturasi budaya dan difusi teknologi, baik pada sektor pendidikan, sistem pertanian, pelestarian seni budaya dan pemberdayaan komunitas adat”, ujar Sultan. Hal tersebut bisa menjadi alat untuk meningkatkan nilai tambah budaya dan menyatukan keberagaman budaya nasional.

“Di bidang pertanian pangan, masyarakat Sumatera Utara mengenal istilah “marsialapari”. Yakni sebuah tradisi agrikultur yang mempraktekkan nilai-nilai gotong royong antar sesama petani. Kami berpendapat, filosofi marsialapari atau gotong royong dari Sumatera Utara ini relevan dengan visi swasembada pangan Presiden Prabowo Subianto saat ini,” tegas Wakil Gubernur Bengkulu periode 2013-2015.

Sultan mengatakan, ajaran budaya marsialapari mendorong agar agenda swasembada pangan nasional harus dimulai dan didukung oleh semua elemen bangsa, terutama pemerintah daerah dan masyarakat petani di seluruh Indonesia.

“Kami berharap, acara ini tidak sekedar menjadi selebrasi budaya, tetapi juga menjadi ruang dialog, refleksi, dan kolaborasi lintas generasi. Tentunya juga menjadi referensi akademis bagi lembaga DPD RI dalam menyusun kebijakan” tutupnya.

Pandangan Dr Badikenita Putri Sitepu

Dr Badikenita Putri Sitepu alumni Fakultas Ekonomi USU, yang kembali dipercaya menjadi Senator, sudah beberapa menjadi Anggota DPD RI dari daerah pemilihan Sumatera Utara, kini dipercaya menjadi Ketua Komite II DPD RI, satu-satunya perempuan dalam jajaran pimpinan DPD RI.

Dr. Badikenita Putri Sitepu dalam paparannya, mengaitkan pelestarian budaya dengan penguatan semangat kebangsaan dalam bingkai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. la menyoroti pentingnya melestarikan bahasa dan tradisi lokal.

Dengan lugas, Badikenita yang juga Alumni LEMHANNAS angkatan XLV 2010, menggambarkan kekayaan keragaman budaya yang ia miliki melalui silsilah marga lingkup keluarganya, dimulai dari dirinya sebagai Bre (boru) Sitepu, marga suami, marga orangtuanya, dan keluarga besarnya yang lain. Hal tersebut menjadi aset pemersatu bangsa, ujar Badikenita.

“Hal-hal ini yang saya sering sampaikan ini sebenarnya yang suatu hal aset untuk kita mempersatukan bangsa,” ungkap perempuan yang akrab disapa Putri.

Putri yang saat ini menjadi Ketua Umum DPP PIKI, menyentil fenomena dalam masyarakat, ada yang cenderung gemar membuat perbedaan. Sebagai anggota MPR, Putri selalu menekankan bahwa Bhinneka Tunggal Ika justru memperkuat kebangsaan.

Ulasan Prof Robert Sibarani & Prof Payaman Simanjuntak

Prof Robert Sibarani memperkenalkan model analisis terkait eksistensi kebudayaan dan hubungannya dengan modernisasi. Disampaikan bahwa, salah satu konsep tersebut adalah bagaimana kita mewariskan budaya ke anak cucu, sedang konsep yang lain adalah bagaimana kita melestarikan, hal ini untuk industri kreatif dan juga turis.

Prof Robert menjelaskan juga tentang ulos, dijelaskan Prof Robert bahwa ulos itu tenun yang sudah di sira, ulos yang benar-benar tidak bisa digunting, itu misalnya ulos marsitura, yang diberikan saat kita menikah, tidak bisa digunting-gunting, kita simpan, atau juga ulos ragi hidup.

Rekognisi atau penerimaan adalah salah satu cara merawat kebangsaan. Orang Batak walaupun beda agama, dia akan memanggil/menyebut orang tertentu dengan panggilan/sebutan secara adat, karena dia punya pemahaman akan sebutan/panggilan adat kepada orang lain.

“Rasanya tidak ada blok-blok karena perbedaan agama, karena ada yang disebut cultural recognition. Ini yang mau kita tanamkan ke anak-anak kita” ujar Prof Robert yang juga Ketua Batak Center Sumatera Utara.

“Kalau kita mau mengukuhkan kebudayaan etnik menjadi identitas etnik kita, satu-satunya yang kita lakukan adalah revitalisasi, muarahya adalah ke warisan (legacy)” jelas Prof Robert.

Prof Robert mengkritik tentang pemahaman ulos yang ada dimasyarakat. “Jangan-jangan kita tidak punya ulos, tapi kita bicara ulos, jangan-jangan yang ada dirumah bukan ulos. Karena yang dibeli 100 ribu itu bukan ulos, itu sampah, itu harga 25 ribu, 30 ribu kan, itu bukan ditenun, yang ulos itu kan ditenun, paling tidak itu ATBM (alat tenun bukan mesin), tapi ulos yang diberikan ke menantu kita, atau ulos passamot, hati-hati jangan-jangan itu bukan ulos.Tidak ada ulos harga dibawah 1 juta, hati-hati itu bukan ulos, itu layak digunting jadi kain lap atau taplak” jelas Prof Robert, beberapa audiens terkejut dengan pernyataan tersebut, dan terdengar mengatakan  “Ya kita tidak tahu itu Pak”.

Prof. Dr.Payaman J. Simanjuntak, SH., APU Guru Besar Hukum Ketenagakerjaan UNKRIS, yang juga pemerhati budaya Batak, mengemukakan bahwa budaya Dalihan Na Tolu termasuk yang tinggi didunia, karena tidak banyak suku-suku atau etnis yang seperti Dalihan Na Tolu, dengan adanya tarombo silsilah, dengan sapaan (turturon), tidak banyak suku/etnis yang memiliki seperti itu.

Prof Payaman menyampaikan bahwa bila generasi muda atau anak protes tentang kebudayaan, perlu mendapat penjelasan makna dari nilai-nilai budaya.

“Biasanya itu tercermin dalam cara mengungkapkan, jadi bahasa kita itu perlu diwariskan, didalam bahasa itu ada nilai-nilai-nilai yang tadi dimaksudkan, lalu kedua, kita perlu melibatkan mereka didalam sebuah perilaku yang kita lakukan, apakah itu dalam tata pergaulan keluarga, atau juga didalam pelaksanaan adat” ujar Prof Payaman yang juga mantan Dirjen Bina Hubungan Industrial Depnaker RI.

Kerjasama DPD RI dan IKA USU seperti yang diinisiasi IKA USU Wilayah Jakarta, sebagaimana arahan Ketua DPD RI, yang memberi challenge, agar IKA USU dapat mengadakan kegiatan dengan jumlah alumni lebih banyak, Badikenita Putri Sitepu menyampaikan bahwa ke depannya, untuk merespon challenge Ketua DPD RI, Putri Sitepu akan mengajak IKA USU mengadakan “Sumut Fiesta“.

Diskusi Panel Budaya IKA USU Wilayah Jakarta, diakhiri dengan ramah tamah dan santap siang bersama Bupati Dairi Vickner Sinaga, yang juga alumni USU. (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*