Media Trans – Saat ini pemerintah sudah mendeklarasikan, Indonesia akan memasuki kehidupan ‘New Normal’ dalam masa pandemi Covid-19, dan sejumlah pembatasan yang sebelumnya berlaku pada konteks Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat pandemi Covid-19, kini sudah terbuka kembali (re-opening), walaupun masih tetap diberlakukan protokol kesehatan, termasuk didalamnya yang diperbolehkan untuk re-opening adalah peribadahan dalam gedung gereja.
Tidak sedikit kalangan gereja cenderung menahan diri, memperhatikan perkembangan situasi pandemi, sembari melakukan persiapan untuk kembali mengadakan peribadahan digedung gereja, tetapi tidak halnya dengan Senior Gembala Gereja Bethel Indonesia Jemaat Victorious Family (GBI ViFa), Pdt. Dr. Abraham Conrad Supit.
Pdt Abraham Conrad Supit pendeta yang selama ini dikenal juga sebagai pendeta media, mengingat kreatifitasnya dalam pelayanan kegerejaan, telah melahirkan sejumlah media, media cetak, media radio, berita online, dan yang terbaru, pelayanan media online.
Keluarga besar GBI ViFa pada Rabu 17 Juni 2020, bertempat di Gereja GBI ViFa Apartemen Robinson Jl. Jembatan II Pejagalan Jakarta Utara, melakukan peluncuran “VIFA MEDIA”, suatu platform digital yang mengintegrasikan sejumlah perangkat media digital, seperti media berita, aplikasi digital, media sosial, hingga youtube channel.
VIFA Media yang digawangi oleh jurnalis senior media kristiani, Novi Suratinoyo, juga Pembina organisasi kewartawanan media kristiani PERWAMKI, kemarin malam telah secara resmi mengudara. Seremoni peresmian VIFA Media, diwarnai dengan pertemuan pimpinan aras nasional membahas Sikap dan Langkah Gereja Dalam ‘New Normal’.
Hadir dalam pertemuan yang digelar secara digital, menggunakan platform aplikasi Zoom, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Pdt. Gomar Gultom, M.Th, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili di Indonesia, Pdt. Dr. Ronny Mandang, M.Th, Pastor Antonius Steven Lalu (Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial KWI), Pdt. Jason Balumpapueng sebagai Ketua Harian PGPI, Ketua Umum PGPI-P, Pdt. DR. Sherlina Kawilarang, dan Ketua Umum Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI), Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham, dengan moderator Sonny Wuisan, SH, salah seorang pengurus PWI Pusat. Hadir juga sejumlah wartawan media kristiani. (Saksikan Zoominar Launching ViFa Media di Youtube Channel ViFa Media).
Ketua Umum MPH PGI Pdt Gomar Gultom, M.Th, mengemukakan bahwa ada kegamangan di lingkungan gereja atas kehadiran pelayanan online, seperti e-church, dinilai akan menggerus nilai-nilai persekutuan kita yang bertumpu pada perjumpaan ragawi.
Perkembangan revolusi industri 4.0, mendorong lahirnya banyak produk disruptif, khususnya yang menimpa dunia usaha, gereja makin galau, akankah gereja terdisrupsi, akibatnya “disruptif” dipandang sebagai sebuah ancaman.
Sementara “disruptif” dalam pemikiran 6 D, karya Peter Diamandis and Steven Kotler (The Six Ds of Exponential Organizations, Singularity University), merupakan ‘D’ yang ketiga, padahal ada ‘D’ keempat, kelima, dan keenam, yang justru mendukung pelayanan online gereja.
Keenam ‘D’ Peter Diamandis tersebut : Digitalisasi, Deception, Disruptif, Demonetized, Dematerialized, dan Democratized.
Kondisi pandemi saat ini, mengajarkan kita menerima kenyataan, bahwa dunia digital, pelayanan online, virtual reality, menjadi basis pelayanan kita sekarang.
Sementara itu Pastor Antonius Steven Lalu (Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial KWI), menjelaskan Paus Fransiskus menuliskan suatu pesan dalam rangka Hari Komunikasi Sosial Sedunia, secara tematik “Hidup Menjadi Cerita”, cerita ceritakan yang baik.
Berdasarkan Konsili Vatikan kedua, menyadari sepenuhnya bahwa media komunikasi sosial, sungguh-sungguh mempunyai peran yang luarbiasa.
Pdt. Dr. Ronny Mandang, M.Th Ketua Umum PGLII, menyampaikan dirinya teringat pernyataan Ruppert Murdoch Raja Media, yang menguasai tiga benua, pernah mengatakan kalau kita ingin menguasai dunia, maka kuasai pemerintahan, media merupakan sarana yang paling efektif.
Permasalahan pada masa pandemi Covid-19 sekarang ini, akan mengganggu eksistensi bagaimana sebenarnya kita beribadah dengan Tuhan, pasti ada suasana traumatis, apakah itu dari anak-anak, atau orangtua, dan juga bagi kita yang lansia.
Bagi saya inti persoalan ibadah pada masa ‘New Normal’ bukan soal keuangan gereja, tapi bagaimana memperkokoh iman jemaat warga gereja, tetapi juga sekaligus mengikuti protokol kesehatan.
Fungsi ibadah tidak lagi akan berjalan sebagaimana mestinya, yang kita lakukan pada waktu yang lalu, protokol kesehatan, usai ibadah tidak ada lagi jabat tangan. Lalu fungsi sosial, kita dibayang-bayangin jangan sampai gereja menjadi klaster yang baru, oleh karena persoalan disiplin.
Kemudian Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham Ketua Sinode GBI, mengungkapkan ada 5 megatrend yang akan dialami orang-orang kristen, yakni : esensi ibadah, tempat ibadah, kelas ibadah, sarana ibadah, dan kelima adalah pelayan ibadah.
Pdt. Jason Balumpapueng sebagai Ketua Harian PGPI, mengucapkan selamat hadirnya vifamedia.com. Selamat dengan hadirnya vifamedia.com. “Siapa tidak kenal dengan Pak Supit di dunia media, sudah sejak dulu eksis dengan media-medianya, termasuk radionya, sekali lagi selamat buat pak Supit dan vifamedia.com,”katanya.
Sedangkan Ketua Umum PGPI-P, Pdt. DR. Sherlina Kawilarang, begitu gembira mendengar lahirnya vifamedia yang dimiliki Ps. Abraham Conrad Supit dan pimpinan redaksinya, Suratinoyo.
Lanjut menurut Pdt. Sherlina, pasangan yang tepat dalam membangun media, Ps. Abraham Conrad Supit memiliki pengalaman yang panjang dalam hal melahirkan media. Sedangkan Suratinoyo seorang wartawan yang cukup dikenal dikalangan tokoh Kristiani.
Sementara mengenai re-opening peribadahan, kesemua narasumber, termasuk juga tuan rumah, Pdt. Abraham Conrad Supit, mempunyai frame yang sama, yakni masih belum akan melakukan re-opening ibadah dalam waktu dekat, bahkan dimungkinkan hingga bulan Agustus pun, masih akan diberlakukan peribadahan secara online.
Namun demikian, para tokoh aras tersebut juga menandaskan keprihatinannya terhadap eksistensi pelaksanaan ibadah online, yang bisa menimbulkan kebingungan pada jemaat, sehingga diharapkan agar gereja tidak melakukan ibadah online persis sama dengan ibadah riil gereja. (DED)
Be the first to comment