Menpora 2 Periode, Dokter Abdul Gafur Meninggal Dunia

Media Trans – Kabar duka melanda keluarga besar Kementerian Pemuda dan Olahraga, mantan Menpora dua periode, dr. Abdul Gafur Tengku Idris, politisi senior Partai Golkar, meninggal dunia pagi tadi (Jumat, 4 September 2020), di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, setelah sebelumnya sempat dirawat.

Mantan Menpora yang juga mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, KRMT Roy Suryo, dalam cuitan dimedia sosialnya, mengabarkan berita duka tersebut.

“Innalilahi wa innailaihi roji’un. Senior saya, Mantan Menpora di era Orde Baru, Dr. Abdul Gafur Wafat pukul 06.35 WIB tadi,” cuit Roy.

Menpora era Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono itu menyebutkan, Abdul Gafur meninggal di Lantai 1 ruang ICU Isolasi RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Putra Halmahera, Maluku Utara kelahiran 20 Juni 1939 itu tutup usia di umurnya yang ke 81 tahun.

Roy menyebutkan dalam cuitannya mengenai penyakit yang diidap oleh Abdul Gafur. “Diagnosa ARDS Covid-19, Hipercoagulasi, Anemia, AKI dd onCKD,” tulis Roy Suryo.

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S. Dewa Broto, mengkonfirmasi berita duka tersebut. Gatot pun menyatakan rasa duka yang mendalam.

“Kemenpora sangat berduka, kami terkejut. Beliau dikaruniai Allah umur yang panjang. Beliau adalah tokoh nasional, lebih khusus lagi mantan Menpora” terang Gatot.

Abdul Gafur menjabat dua kali sebagai Menpora, yakni saat masih bernama Menteri Muda Urusan Pemuda, hingga akhirnya menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, yakni pada Kabinet Pembangunan III dan IV.

Semasa hidupnya, Abdul Gafur yang adalah lulusan Fakultas Kedokteran UI, pernah menjadi Anggota DPR RI, dan Wakil Ketua MPR RI, serta juga pernah menjabat anggota Dewan Pertimbangan Agung sejak 1988 hingga 1997.

Mantan perwira Angkatan Udara, lulusan Sekolah Dasar Perwira di Solo, Abdul Gafur pernah menjabat Kepala Seksi Kesehatan Umum RSAU di Malang pada 1967-1968.

Abdul Gafur pertama kali menikah pada Maret 1967, dengan Siti Fatimah atau Emma. Sejak awal berkarir di AURI hingga menjadi Menteri Muda urusan Pemuda (1978-1984), Emma yang biasa mendampingi Abdul Gafur, namun sayang, memasuki periode kedua dirinya dalam Kabinet Pemerintahan Presiden Soeharto, Emma meninggal dunia karena serangan jantung.

Abdul Gafur selanjutnya dikabarkan menikah untuk kedua kalinya, pada pertengahan tahun 1984, yakn dengan seorang perempuan pengusaha, Kemala Motik.

Abdul Gafur bersama Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri), dan politisi muda Partai Golkar, Ahmad Dolly Kurnia (kanan)

Kiprah kesejarahan Abdul Gafur, tidak hanya saat menjadi politisi, tetapi juga saat mahasiswa, bersama Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi, Marie Muhammad, David Napitupulu, Akbar Tanjung, Fahmi Idris dan lain-lain, dia adalah tokoh mahasiswa angkatan 66, yang turut mengganyang PKI, dan meruntuhkan rezim Orde Lama, mereka juga pada era 1973 an mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

Abdul Gafur juga tercatat sebagai yang pertama kali mencetuskan sebutan Menpora, serta pencetus Hari Olahraga Nasional.

Ada kisah menarik yang diungkapkan Abdul Gafur diberbagai media, yakni kisah di balik penunjukan sebagai menteri di periode pertama. Karena pangkatnya kala itu masih Mayor (dokter Gafur menjadi Perwira Kesehatan di Angkatan Udara), Menhankam/Pangab Jenderal M. Panggabean rupanya keberatan Gafur ditunjuk menjadi menteri karena akan merepotkan para pejabat di daerah. Dikisahkah Gafur, M. Panggabean berkeberatan, “Bila berkunjung ke daerah dan ada pimpinan militernya kan berpangkat Brigjen, masak harus memberi hormat kepada Mayor”.

Presiden Soeharto memahami keberatan tersebut, lanjut kisah Gafur. Tapi kemudian dijelaskan bahwa yang diberi hormat seharusnya bukan Gafur sebagai Mayor tapi sebagai menteri yang merupakan pembantu langsung Presdien. “Setelah dijelaskan demikian, akhirnya Pak Panggabean memahami. Saya dan empat menteri muda lainnya pun akhirnya dilantik selang sepekan setelah para menteri utama,” ujar Gafur.

Setelah tak menjabat sebagai menteri, Abdul Gafur menyusun buku berisi kisah tentang Presiden Soeharto. Ia menulis buku berjudul Pak Harto, Pandangan dan Harapannya. Buku setebal 537 halaman itu tebrit padaakhir Januari 1988. Empat tahun kemudian, Desember 1992, Abdul Gafur kembali meluncurkan buku karangannya. Sebuah buku biografi Tien Soeharto, berjudul Biografi Siti Hartinah Soeharto, Ibu Utama Indonesia. Kali terbit dengan tebal 572 halaman.

Abdul Gafur juga menjabat sebagai pemimpin umum harian Pelita, selain itu, juga menerbitkan majalah Sinar. Majalah ini dikelolanya bersama bersama pengusaha Sudwikatmono, sejak 1993. Selain itu, Abdul Gafur juga mengembangkan bisnis ke arah lain, yakni dengan melirik bidang transportasi, ia mendirikan perusahaan transportasi Dian Taksi.

Agung Laksono mantan Menpora, yang juga seorang dokter, mengemukakan bahwa Abdul Gafur layak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, karena Abdul Gafur peraih Bintang Mahaputera Adipradana.

“Almarhum penerima Bintang Mahaputera Adipradana mestinya berhak dimakamkan di TMP. Saya tunggu berita dari Garnizun Kodam Jaya untuk kepastiannya,” kata Agung. (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*