Webinar PPLIPI : Peningkatan Partisipasi Perempuan Dalam Dunia Usaha, Meningkatkan Perekonomian Negara

Media Trans – Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (PPLIPI), mengadakan webinar bertajuk “Kupas Tuntas Peran Perempuan Dalam Mengisi Pembangunan Bangsa“.Webinar diadakan Kamis 12 Agustus 2021, dengan narasumber Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Mentri Tenaga Kerja Ida Fauziah, Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni, Ketua Umum KADIN DKI Jakarta Diana Dewi, dan Ketua Dewan Pembina PPLIPI Okky Asokawati. Diikuti ratusan peserta, mayoritas dari berbagai organisasi perempuan, dan dari berbagai daerah.

Ketua Umum PPLIPI Dra. Indah Suryadharma Ali, MBA dalam sambutan pembukaan webinar, mengemukakan bahwa membangun bangsa adalah upaya berkesinambungan ke seluruh blok aspek kehidupan masyarakat.

“Perempuan Indonesia tentu saja harus ikut memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa, mengapa? Karena jumlahnya mencapai 133,66 juta orang, yaitu sekitar 49,42%, hampir separoh jumlah penduduk Indonesia adalah kaum perempuan, jumlah yang hampir sebanding dengan jumlah laki-laki, pantas perempuan dijadikan salah satu komponen dalam membangun bangsa” terang Indah.

Ketum PPLIPI Dra. Indah Suryadharma Ali, MBA

Lebih lanjut Indah menjelaskan, dalam membangun bangsa, tanpa melibatkan kaum perempuan, dapat diprediksi hasil yang akan dicapai tidak akan optimal.

“Tujuan pembangunan berkelanjutan, yakni keadilan dan kesetaraan gender yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional hingga 2025, dengan target pada 2024 sudah terwujud, ini berarti waktu pencapaian kurang dari 3 tahun lagi, sudah sejauh mana kesetaraan akses bagi perempuan dan laki-laki dalam bidang, misalnya pendidikan, kesehatan, dunia kerja, serta teknologi informasi dan komunikasi saat ini” tandas Indah.

Indah menerangkan bahwa sekalipun kita bangga telah ada perempuan yang menjadi Presiden, yakni Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-5, dan ada sejumlah Mentri perempuan pada Kabinet Indonesia Maju, dan banyak pekerjaan yang sudah bisa dikerjakan perempuan, tapi pencapaian target keadilan dan kesetaraan gender di tahun 2024, masih sulit dicapai bila kita tidak benar-benar berupaya ke arah tersebut.

Bank Dunia : Simulasi Peningkatan Partisipasi Perempuan

Indah mengemukakan data dari Bank Dunia, bahwa perempuan Indonesia usia kerja yang aktif, dan angkatan kerja saat ini secara umum, hanya mencapai 54%, sementara laki-laki mencapai 82%, ini berarti partisipasi perempuan dalam perekonomian masih sedikit.

Bank Dunia membuat simulasi, bila Indonesia meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan sebanyak 25% saja, maka pada tahun 2025, dapat menghasilkan tambahan aktivitas ekonomi, senilai 890 triliun, dan menambah pendapatan domestik bruto sebanyak 2,9%, prediksi ini akan membuat posisi Indonesia dalam G20, dari urutan nomor 16 menjadi 10 besar ekonomi dunia, dan punya peluang menjadi 5 besar, bila mengacu pada prediksi IMF.

Sementara ada studi dilakukan oleh Mc Kinsey, biro konsultasi manajemen global asal Amerika, mengamati kinerja perusahaan di Amerika, Eropa, dan Asia pada 2019, kesimpulan studi Mc Kenzie menyebutkan perempuan dengan gender diversity tinggi, terutama pada tim eksekutif, memiliki peluang 25% lebih besar untuk mencapai probabilitas diatas rata-rata, dibanding perusahaan dengan gender diversity rendah, jelas Indah.

“Pemanfaatan kemampuan perempuan dan peningkatan partisipasi mereka, dalam pembangunan bangsa dapat menjadi kebijakan cerdas dan patut dilakukan” imbau Indah.

Menaker Ida Fauziyah

Menaker Ida Fauziyah menyampaikan bahwa, berdasar data jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyak 139,8 juta orang, sekitar 40% nya perempuan. Hal ini disebabkan angka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan, jauh dibawah angka laki-laki, TPAK Laki-laki 82,41%, dan perempuan 53,13%.

Angka TPAK perempuan Indonesia juga masih rendah dibanding negara-negara pesaing kita, seperti Vietnam dan Thailand.

Ida mengungkapkan 3 tantangan utama perempuan dalam dunia kerja, yakni: respect, opportunity, dan security.

“Tantangan pertama, soal respect; kurangnya keterwakilan suara pekerja/buruh perempuan dalam pengambilan keputusan, sehingga pekerja/buruh perempuan kurang diperdulikan. Kedua, opportunity; kurangnya peluang karir dan dukungan bagi pekerja/buruh perempuan, untuk berkembang lebih baik. Ketiga, security; kurangnya perlindungan jaminan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan, seperti masih ada diskriminasi upah, kekerasan dan pelecehan seksual, masih kurangnya alat perlindungan diri bagi perempuan, juga tidak dipenuhinya jaminan sosial perempuan” urai Ida.

Menaker Ida mengakui bahwa masih memiliki hambatan dalam pemberdayaan perempuan disektor ketenagakerjaan, disebabkan banyak hal, mulai dari beban ganda, dan stereotip seksisme dalam masyarakat, diskriminasi berbasis gender, hingga pelecehan seksual.

“Pada 2020, indeks kesetaraan gender dunia, Indonesia pada peringkat 85 dari 153 negara, berdasar data Global Gender Gap Index. Sementara ada riset, bila perempuan lebih berperan dipasar kerja, peningkatan produktivitas ekonomi yang diperoleh akan sangat signifikan, terutama di era bonus demografi” tambah Ida.

Kemnaker dalam hal memberikan perlindungan kepada pekerja perempuan, telah melakukan 3 aspek kebijakan, yakni kebijakan protektif, perlindungan terkait fungsi reproduksi; kedua, kebijakan kuratif, larangan PHK bagi pekerja perempuan karena menikah, hamil, atau melahirkan; ketiga, kebijakan non-diskriminatif, perlindungan bagi pekerja perempuan terhadap praktek diskriminasi dan ketdakadilan gender, dalam semua aspek ditempat kerja.

Kemnaker berkomitmen terus melakukan gerakan nasional nondiskriminasi ditempat kerja, diantaranya melalui sistem perlindungan berbasis IT, penyusunan pedoman pencegahan pelecehan seksual, dan penyusunan panduan kesetaraan non diskriminasi ditempat kerja.

Mentri PPPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati
Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Paling Berharga
Sementara Mentri PPPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati, menyampaikan sumber daya yang paling berharga bagi negara, bukan tambang, gas bumi, ataupun sumber daya alam yang berlimpah, tetapi sumber daya manusia.

“Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, menjadi salah satu agenda dalam RPJMN 2020-2024” ujar I Gusti Ayu Bintang.

Secara kuantitas, Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Pada 2020 penduduk Indonesia berjumlah 270,3 juta jiwa, dengan hampir setengahnya perempuan, karenanya kualitas perempuan Indonesia setengah kekuatan sumber daya manusia bangsa, sangat mempengaruhi kesuksesan pembangunan bangsa, jelas Mentri PPPA.

“UUD 1945 serta berbagai perundang-undangan lainnya, telah mengamanatkan jaminan perlindungan dan kesetaraan bagi seluruh rakyat, termasuk perempuan. Kesetaraan gender juga masuk dalam berbagai agenda pembangunan berkelanjutan (SDG’s) 2030, khususnya pada tujuan kelima, yakni mencapai kesetaraan gender, dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan” terang I Gusti Ayu Bintang.

Mentri PPPA juga mengungkapkan bahwa realitas perempuan, masih mengalami diskriminasi, stigmatisasi, marjinalisasi, subordinasi, dan bahkan kekerasan.

“Data indeks pembangunan manusia 2020, IPM laki-laki sudah masuk kategori pencapaian tinggi, sementara IPM perempuan taraf sedang. Tidak berbeda jauh juga terjadi pada indeks pembangunan gender (IPG), pada 2020 menunjukkan angka 91,06, demikian juga dengan indeks pemberdayaan gender (IDG) baru menunjukkan angka 75,57” tandas Mentri PPPA.

“Berbagai isu yang mengiringi perempuan perlu menjadi perhatian, karena dapat mengecilkan potensi-potensi perempuan, untuk membawa perubahan baik, tidak hanya untuk dirinya, namun juga keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia” jelas I Gusti Ayu Bintang.

Perempuan Dapat Berkiprah Di Dunia Politik dan Birokrasi

Sementara Sylviana Murni, tokoh perempuan yang lama berkecimpung dalam dunia birokrasi, juga berpengalaman dalam politik praktis, membagi kisah pengalaman dan strategi hidupnya.

Syviana Murni DPD RI dapil DKI Jakarta
“Pengalaman 31 tahun bekerja dalam lingkup Pemprov DKI Jakarta, mengikuti 7 Gubernur, pernah mendapat amanah menduduki 11 posisi. Pada 1997-1999, saya ditugaskan Gubernur DKI Jakarta, almarhum Soerjadi Sudirdja, mewakili jalur birokrat, menjadi anggota DPRD DKI Jakarta. Hanya 2 tahun saja menjadi politisi DPRD DKI Jakarta” ungkap Sylviana.

“Sesuai ketentuan yang ada saat itu, saya memilih keluar dari politik, karena ingin berkarir dipemerintahan, saya berkarir sebagai PNS hingga eselon 1 golongan pangkat 4E, pernah mengalami 3 kali kenaikan pangkat istimewa. Pada 2017, jelang 2 tahun pensiun, mengundurkan diri dari PNS, karena menjadi Calon Wakil Gubernur mendampingi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)” lanjut Sylviana.

Sylviana mengemukakan bahwa, ada pandangan dunia politik dan birokrasi, dunia laki-laki, dunia kotor, dunia yang penuh strategi menghalalkan segala cara, tidak pantas untuk perempuan, karena lebih mengutamakan perdamaian, dan cenderung harmoni.

“Kondisi-kondisi tersebut jangan membuat perempuan pesimis berkiprah dalam dunia politik ataupun birokrat. Perempuan harus bisa dengan hati bersih, tidak melupakan kodrat sebagai perempuan, menunjukkan kualitas diri, memandang setiap ancaman sebagai tantangan untuk bergerak maju, jadikan rekan kerja baik laki-laki maupun perempuan sebagai mitra sejajar, tidak sebagai kompetitor” tandas Sylviana yang juga Ketua Ikatan Alumni Lemhannas (IKAL) DKI Jakarta.

Sylviana yang pernah menjadi None Jakarta, berbagi tips pengalaman hidup. “Kita harus membuat dan menjalankan motto hidup, seperti motto saya : work hard, work with heart, base on regulation and religion, maksudnya kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, berpedoman pada nilai-nilai agama, dan norma-norma peraturan” terang Sylviana.

Menurut perempuan yang pernah menjadi Kepala Satpol PP Pemprov DKI Jakarta, ada 5 hal strategi yang harus dilakukan, yakni : discipline mind (tidak hanya soal tepat waktu, tetapi juga ilmu/sekolah), synthesizing mind (mensintesakan berbagai hal, menggabung-gabungkan, menyatu-nyatukan, inovatif, sesuatu yang baru), creating mind (kreatif otak kita, terus bergerak), dan keempat, respectfull mind (menghargai orang lain, tidak menyombongkan diri), keempat hal tadi tidak akan berarti bila tidak didasari ethical mind (akhlak yang baik).

Ketum KADIN DKI Jakarta Diana Dewi
Perempuan Pasti Bisa Berwirausaha

Ketua Umum KADIN DKI Jakarta, CEO dari PT. Suri Nusantara Jaya, Hj. Diana Dewi, SE, menyampaikan bahwa perempuan pasti bisa berwirausaha.

“Nomer satu itu bukan modal, karena modal bisa dicari, keahlian dapat dibeli, tetapi nomer satu itu cita-cita dan semangat, itu tidak dapat dibeli. Cita-cita dan semangat harus dimiliki untuk memulai dan mengembangkan usaha” ungkap Diana yang memulai usaha berjualan daging dari garasi rumah.

“Kemampuan wirausaha perempuan tidak kalah dibanding dengan laki-laki, jejaring perempuan luarbiasa. Lakukan hal yang diri kita sukai, dalam bisnis, kita harus mempunyai kemampuan mengelola (manajemen). Manajemen yang tidak sekedar urusan produksi, tetapi juga meliputi pemahaman akan ilmu yang saling melengkapi, dan serangkaian tindakan yang tidak terlepas dari seni” ujar Diana.

Diana menyebutkan bahwa kelebihan perempuan dalam bisnis adalah, kemampuan mengelola keuangan perusahaan tertib dan bertanggung jawab, juga hal kredit macet (non performing loan – NPL) usaha perempuan cukup rendah. Perempuan lebih teliti, detil, tidak mudah putus asa, juga memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi.

“Wiraswasta perempuan Indonesia mempunyai peran terhadap UMKM, mencapai lebih dari 60% dari 57,83 juta UMKM di Indonesia, dan perempuan mengendalikan sebagian besar UMKM yang sedang naik daun di Indonesia, dan kiprah mereka masih dapat dioptimalkan, jika hambatan dalam hal investasi dan permodalan dapat diatasi” jelas Diana yang juga Komisaris Independen PT Angkasa Pura Support.

Diana mengungkapkan data ILO tahun 2020, dari 58 negara didunia, Indonesia pada peringkat 17, dengan pengusaha perempuan terbanyak.

“Survey yang dilakukan Google bersama Kantar pada 2020, data menunjukkan Indonesia pada peringkat 6, mencapai 49% perempuan di Indonesia telah berwirausaha. Jumlah tersebut tertinggi dari 12 negara yang disurvey, yakni Indonesia, Nigeria, Thailand, Kenya, Meksiko, Vietnam, Malaysia, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, Korea Selatan, dan Jepang” ujar Diana.

Dari banyaknya wirausaha perempuan Indonesia, sebagian besar menjalankan usaha pada sektor informal, karena sulitnya masuk ke sektor formal. Sebanyak 62,4% wiraswasta perempuan, memulai usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, ungkap Diana.

Realitas lain yang dialami wirausaha perempuan, ujar Diana, minimnya kepemilikan properti, dan kesulitan pengembangan usaha karena kendala sulitnya akses permodalan.

Okky Asokawati
Perempuan Jangan Takut dan Harus Yakin Dalam Berkiprah

Okky Asokawati praktisi pengembangan diri, juga mantan anggota DPR, mengemukakan “Bagaimana kita dapat menjadi tangguh, kreatif, dan sebagainya? Itu berarti bagaimana kita melatih, mengasah, dan membuat hidup perempuan Indonesia”.

Bicara menjadi pribadi yang sukses, kita bicara mengenai perilaku, itu ranah psikologi, bagaimana kita membuat perilaku, sangat bergantung pada bagaimana cara kita berpikir, ujar Okky lulusan Fakultas Psikologi UI.

“Cara berpikir bagaimana? Cara berpikir yang proaktif. Proaktif berbeda dengan reaktif. Proaktif berarti berproses melakukan sesuatu, sementara reaktif, fokus pada hasil. Biasanya orang yang fokus pada hasil, takut bergerak, banyak kekhawatiran/ ketakutan. Kita harus bisa mengkontrol apa yang bisa kita kontrol, kita tidak bisa mengkontrol respon masyarakat, tidak bisa mengkontrol hari cerah terus, tapi yang bisa kita kontrol misalkan, kita tetap bisa punya cita-cita, semangat, dan apa yang ada dalam diri kita” jelas Okky.

“Kalau kita selalu ditimbun rasa takut, itu akan menghentikan peluang untuk maju. Ketakutan membuat kita sakit, ketakutan menutup mulut kita yang sebenarnya ingin bicara. Untuk mengatasi ketakutan, bila dalam forum, berani duduk didepan, tidak bergerombol dibelakang, berjalan lebih cepat, berani berbicara, tersenyum lebih lebar” terang Okky yang kini menjadi politisi Partai Nasdem.

“Kita harus percaya bahwa sesuatu dapat dilakukan, maka akan ada ide-ide mencari cara untuk melaksanakannya” pungkas Okky. (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*