Ternyata Ada Tahun Baru Batak, Berdasar Parhalaan Batak, Tahun Baru 2 Maret 2022 (Tahun Batak 1220 B)

Media Trans – Siapa yang tidak pernah tahu tentang “Tahun Baru” ? Kita di Indonesia, selama ini mengenal, bahkan mungkin merayakan, setidaknya 3 jenis “Tahun Baru”, yakni : “Tahun Baru (masehi)”, “Tahun Baru Islam”, dan “Tahun Baru Cina”. Tapi tahu kah bahwa ternyata ada “Tahun Baru Batak” ?

Berdasarkan informasi yang dipublikasikan oleh Batak Center dalam IG@batakcenter.or.id, Tahun Baru Batak tahun ini, jatuh pada 2 Maret 2022, dalam perhitungan tahun Parhalaan (Porhalaan) Batak, tahun ini adalah tahun 1220 B (kode B dimaknai sebagai tahun Batak).

Namun penetapan tanggal Tahun Baru Batak, ada juga yang mengklaim 3 Maret 2022, bahkan ada juga jatuh pada bulan September atau Oktober.

Menurut Joe Marbun pemerhati budaya Batak, masih banyak perdebatan (perbedaan pendapat) tentang kapan Tahun Baru Batak, belum ada hasil yang bersifat final, bahkan ada sebagian yang mempercayai Tahun Baru Batak bulan September, dan ada juga Oktober, demikian dikatakan Joe.

Banner ucapan Tahun Baru Batak dari IG@batakcenter.or.id

“Kalau Batak Center, mengacu ke agenda Samosir Artia Sipahasada” ulas Joe yang juga aktivis Batak Center.

Bagaimana perhitungan “Tahun Baru Batak”? Seperti apa penjelasan mengenai kalenderisasi atau disebut sebagai Parhalaan Bangso Batak? Simak penjelasan berikut, yang dihimpun dari berbagai sumber.

APA ITU PARHALAAN BANGSO BATAK?

Bangso Batak ternyata memiliki naskah kuno yang memuat sistem penanggalan atau kalender sendiri, yang disebut dengan Parhalaan.

Parhalaan (Kalender) Batak

Bedanya, Parhalaan bukan berbentuk angka, tapi berupa nama yang diberikan berdasarkan peredaran bulan, dan memiliki makna tersendiri.

Parhalaan inilah yang dulunya digunakan sebagai acuan untuk mencari hari baik dalam manjalankan aktivitas.

Parhalaan Batak jaman dulu biasa ditulis pada bambu (Bulu Parhalaan), tulang (Holi Parhalaan), serta kulit kayu (Pustaha Parhalaan) dan disebut dengan Kalender Peramalan Batak (Parhalaan).

Bulu Parhalaan ditulis di sepasang tabung bambu dan diukir dengan motif kalajengking besar, kadal, dan dua lipan.

Bulu Parhalaan

Holi Parhalaan (Kalender Tulang) yang diukirkan di atas tulang kaki babi, sapi, atau kerbau dengan gambar kadal dan naga.

Tulang bagian kaki dipilih karena tulang di bagian tersebut keras dan tidak mudah pecah saat diukir.

Selain berisi sistem penanggalan Batak, kalender ini juga berisi sistem arah mata angin.

Holi Parhalaan

Pustaha Parhalaan, penanggalan ini biasanya menggunakan media kulit kayu yang berasal dari pohon alim atau hau alim (aquilaria malaccensis) dengan panjang dan lebar kurang lebih 40 cm dan 30 cm.

Pustaha Parhalaan ditulis menggunakan alat yang terbuat dari daun enau bernama Tarugi. Kemudian, untuk membuat tinta yang dikenal dengan nama Baja, getah berbagai macam tumbuhan dicampur dengan kayu yang telah dibakar.

Selain terbuat dari campuran getah dan kayu, Baja juga dapat dibuat dari endapan asap pembakaran pohon damar.

Pustaha Parhalaan

Penggunaan kalender Batak tidak dalam rangka penanggalan, melainkan dipakai untuk meramalkan hari-hari ke depan (panjujuron ari).

Inilah sebabnya Orang Batak kuno tidak pernah mengetahui angka tahun karena memang mereka tidak pernah menghitungnya, tidak seperti kalender Masehi, Kalender Hijriyah atau Kalender Cina yang kita kenal dan kita gunakan saat ini.

Pada intinya Parhalaan merupakan manifestasi kesadaran orang Batak terhadap fenomena-fenomena alam, perbintangan, gerak matahari, perjalanan bulan yang berputar mengelilingi bumi.

Masyarakat Batak tempo dulu pada umumnya, dan orang Toba khususnya meyakini bahwa ada hari dan bulan yang baik yang bersifat menguntungkan.

Sebaliknya ada juga yang buruk dan dianggap merugikan atau bahkan bisa mencelakakan mereka.

Pengetahuan hari dan bulan yang baik atau buruk dijadikan pedoman untuk menyelenggarakan upacara-upacara adat, keagamaan, dan kegiatan-kegiatan lain yang dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari.

Parhalaan kata dasarnya adalah ”hala”. Arti hala menunjuk kepada seekor binatang seperti kalajengking yang mampu mematikan manusia lewat bisanya yang beracun.

Bisa pada kalajengking terdapat pada mulut dan ekornya, untuk itu haruslah dihindari. Nantinya, dalam pembacaan Parhalaan, hari yang harus dihindari adalah pada notasi kepala, punggung dan ekor kalajengking.

Sedangkan untuk hari baik adalah pada bagian perut kalajengking. Orang biasa tidak akan bisa membaca notasi-natasi tersebut. Yang bisa membaca dan menafsirkannya hanyalah Datu.

Datu tidak bisa menafsirkan hari baik-buruk dan bulan baik-buruk dengan hanya menggunaan Parhalaan saja.

Datu juga harus memahami juga penggilingan dan pane na bolon. Ketiganya, Parhalaan-Pane Na Bolon-Panggilingan saling berkaitan.

Hari atau bulan baik menurut Parhalaan belum tentu baik menurut Panggilingan. Bisa juga buruk menurut Parhalaan dan Panggilingan ternyata baik menurut Pane Na Bolon.

Maka biasanya Datu, akan menggunakan ketiga pustaha tersebut sebagai pedoman dalam menafsirkan hari baik-buruk yang nantinya akan digunakan untuk memilih hari yang tepat dalam melakukan suatu upacara atau kegiatan.

Panggilingan sendiri merupakan keterangan tentang arti dari hari-hari baik dan yang kurang baik.

Sedangkan Pane Na Bolon merupakan penjelasan tentang posisi waktu dan tempat yang baik di mana bagusnya upacara diadakan sesuai arah mata angin.

8 Penjuru Mata Angin Batak

Jadi pemahaman singkatnya adalah Parhalaan adalah tentang hari atau bulan baik-buruk, Panggilingan adalah penjelasan tentang arti dari hari atau bulan baik-buruk tadi, sedangkan Pane Na Bolon berbicara tentang tempat yang baik-buruk.

KALENDERISASI BATAK

Sebelum orang Batak menggunakan kalender (penanggalan) Masehi, tahun baru di Batak memiliki konteks yang berbeda dari seperti sekarang ini.

Tahun baru yang sebagian menyamakannya dengan Sipaha Sada (bulan pertama) itu terkait dengan ritus tani, yakni bulan awal setelah upacara mangase taon.

Mangase taon sendiri adalah ruwatan alam sebagai ritual mengucap syukur atas panen yang melimpah. Waktunya bisa berbeda di sejumlah tempat.

“Sipaha Sada dalam kalender Batak merupakan bulan awal setelah upacara mangase taon, (Sebenarnya) ada 3 jenis taon bagi Batak Toba; taon bolon, taon eme, dan taon jagung,” kata budayawan Batak Thompson Hs.

Mangase taon, lanjut Thompson, sudah pasti terkait dengan siklus tahunan di luar taon eme dan taon jagung.

Pelaksanaannya cenderung akhir atau awal tahun. Tapi bisa juga karena dilatari suatu bencana.

Namun bulan Sipaha Sada juga memiliki variasinya ke luar Batak Toba, apakah itu dimaknai sebagai awal tahun baru atau hanya putaran siklus tahunan.

Dalam beberapa referensi disebut, saat Mangase Taon, biasanya juga dikorbankan hewan kurban berupa kerbau, yang ditandai dengan ritus Mangalahat Horbo. Kerbau dipotong dan dimasak untuk dimakan bersama-sama.

Tanggalan Batak dalam bentuk suvenir gantungan

Ada 30 nama hari dalam Parhalaan (astronomi leluhur Bangso Batak), yakni: (1) Artia, (2) Suma, (3) Anggara, (4) Muda, (5) Boraspati, (6) Singkora, (7) Samisara, (8) Artia ni Aek, (9) Suma ni Mangodap, (10) Anggara Sampulu, (11) Muda ni Mangodap, (12) Boraspati ni Mangodap, (13) Singkora Purnama, (14) Samisara Purnama, (15) Tula, (16) Suma ni Holom, (17) Anggara ni Holom, (18) Muda ni Holom, (19) Boraspati ni Holom, (20) Singkora Mora Turun, (21) Samisara Mora Turun, (22) Antian ni Anggara, (23) Suma ni Mate, (24) Ang­gara na Begu (direvitalisasi menjadi Anggara na Homi), (25) Muda ni Mate, (26) Boraspati na Gok, (27) Singkora Hundul, (28) Samisara Bulan Mate, (29) Hurung, (30) Ringkar; dan pada Tahun Kabisat Masehi ada tambahan 1 hari yakni (31) Ringkar Li, pada Sipaha Sampuludua.

Sementara, nama-nama Bulan Parhalaan Batak adalah: (1) Sipaha Sada disingkat Sipasa, (2) Sipaha Dua disingkat Sipadu, (3) Sipaha Tolu – Sipato, (4) Sipaha Opat – Sipaop, (5) Sipaha Lima – Sipali, (6) Sipaha Onom – Sipaon, (7) Sipaha Pitu – Sipapi, (8) Sipaha Ualu – Sipalu, (9) Sipaha Sia – Sipasi, (10) Sipaha Sampulu – Sisam, (11) Li atau Sipaha Sampulu Sada – Sisamsa, (12) Hurung atau Sipaha Sampulu Dua – Sisamdu, dan setiap Tahun Li yakni tahun Batak yang habis dibagi 6, ada bulan ke-13 yaitu Sipaha Li atau Sipaha Sampulu Tolu, disingkat Sisamto, disebut juga Lisamto.

Dari penuturan Tokoh Budaya Batak, Monang Naipospos, pada Kalender Batak terdapat 12 bulan yakni Sipahasada (bulan ke-1), Sipahadua (bulan ke-2), Sipahatolu (bulan ke-3), Sipahaopat (bulan ke-4), Sipahalima (bulan ke-5), Sipahaonom (bulan ke-6), Sipahapitu (bulan ke-7), Sipahaualu (bulan ke-8), Sipahasia (bulan ke-9), Sipahasampulu (bulan ke-10), Li (bulan ke-11) dan Hurung (bulan ke-12).

Namun Monang menuturkan, penyebutan hari dalam Kalender Batak tidak disamakan dengan hari pada Kalender Masehi.

Meski dalam seminggu kalender batak tetap berisi 7 hari, namun sebutan untuk setiap harinya selalu berbeda dalam kurun 1 bulan. Maka untuk melihat hari, kalender batak lebih berpedoman pada tanggal.

Seperti pada penjelasan berikut ini:
Tanggal 1 hari Artia, 2 hari Suma, 3 hari Anggara, 4 hari Muda, 5 hari Boraspati, 6 hari Singkora, 7 hari Samisara, 8 hari Artia ni Aek, 9 hari Suma ni Mangodap, 10 hari Anggara Sampulu, 11 hari Muda ni Mangodap, 12 hari Boras Pati ni Tangkup, 13 hari Singkora Purasa, 14 hari Sumisara Purasa, 15 hari Tula, 16 hari Suma ni Holom, 17 hari Anggara ni Holom, 18 hari Muda ni Holom, 19 hari Boraspati ni Holom, 20 hari Singkora Moraturun, 21 hari Samisara Moraturun, 22 hari Arta ni Angga, 23 hari Suma ni Mate, 24 hari Anggara ni Begu, 25 hari Muda ni Mate, 26 hari Boraspati Nagok, 27 hari Singkora Moraturun, 28 hari Samisara Bulan Mate, 29 hari Hurung dan pada tanggal 30 disebut hari Ringkar.

Jumlah hari dalam setahun pada Parhalaan adalah sebanyak 355 hari, lebih banyak sepuluh hari pada kalender Masehi (365 hari).

Untuk itu Parhalaan mengenal bulan Lamadu yang diperkirakan hadir dalam tiga tahun sekali, yakni antara hari ke-29 akhir tahun dengan hari pertama awal bulan pada tahun keempat. Maka jika dihitung-hitung jumlah hari selama tiga tahun dalam tahun Masehi akan sama banyaknya dengan jurnlah hari dalam Parhalaan jika ditambah bulan Lamadu.

sumber gambar : IG@batakcenter.or.id

ARTI NAMA-NAMA HARI BATAK

1. ARTIA
Sada ari nauli mamukka sihataon/ulaon pesta tonggo raja
=> Suatu hari baik untuk mengadakan musyawarah dalam segala hal

2. SUMA
Ari sidua pat manisia dohot pidong, ulaon na hombar sadari i marburu tu harangan, marsabbil, mangkatai
=> Hari ke dua kaki manusia dan burung, pekerjaan yang bagus dalam hari ini adalah berburu ke hutan, menjaring buruan, membicarakan sesuatu hal

3. ANGGARA
Ari na rimas mangulahon pangurupion, mambahen ubat, mangarabi, molo marburu ingkon dapotan
=> Hari naas/buang sial, sangat baik untuk berperang dan membuat obat, berburu.
=> Hari yang bagus untuk melakukan bantuan, mengobati, jika berburu pasti akan dapat.

4. MUDA
Ari si opat-opat/mangarabi hauma, manabur boni, ulaon pesta pe denggan do
=> Hari padi, sangat baik untuk menanam tanaman dan penyemaian
=> Hari ke empat/mempersiapkan sawah ladang, menyemai bibit padi, melakukan pesta adat juga bagus pada hari ini.

5. BORASPATI
Sadarion boi do pajongjong jabu, mamongkot jabu, mamungka martiga-tiga
=> Hari baik untuk berpesta, mendirikan rumah, memasuki rumah baru, mencari pekerjaan dan untuk memulai suatu usaha

6. SIKKORA
Naeng mangalangka, tu luat naleban/mangaranto, mangalului karejo, mamungka martiga-tiga
=> Hari baik dalam penentuan, melangkah ke perantauan, melamar pekerjaan, menjumpai orang besar (berpangkat), memulai berdagang, pesta perkawinan, meminang kekasih

7. SAMISARA
Ari ni raja, boi do mambahen pesta bolon (gondang) naung tinontuhon ni raja adat dalihan na tolu
=> Hari kepunyaan Raja, bisa melakukan pesta besar yang sudah ditetapkan Raja Adat Dalihan Na Tolu.
=> Hari “Raja”, sangat baik untuk pengantin baru, pesta, kawin lari, memanggil roh, mandi bunga

8. ARTIA NI AEK
Sada ari nauli naeng mangulahon pesta, si las ni roha (marsianjuan) mamokkot jabu, alai marsada ni roha ma hamu mangulahon nasa ulaon
=> Hari baik untuk semua pesta, musyawarah, mandi bunga, memasuki rumah baru, maaf-maafan, dan memulai usaha baru.

9. SUMA NI ANGGARA
Hurang do ulina ari sadari on mangulahon nasa ulaon, boi do martaontaonan, tu ladang/aek, marburu, marsabbil, mangkail
=> Hari yang kurang baik untuk melakukan segala acara/kerja/pesta, bisa jadi sakit, ke ladang/pancoran, berburu, menjerat buruan, memancing. waspadalah dalam segala hal.

10. ANGGARA SAMPULU
Na rimas do ari sadari i, jadi ingkon manat manghuling, lobi hasuhuton bolon, pangoli anak/pamuli boru, paampehon holi tu batu na pir (marhata ogung)
=> Hari sial, berhati-hatilah dalam berkomunikasi (harus dijaga sopan santun), sangat baik untuk membuat obat baru dan memancing.

11. MUDA NI MANGADOP
Mariaia do nasa ulaon
=> Hari untuk bersantai dan hari yang sangat menggembirakan segala pekerjaan/pesta

12. BORASPATI LANGKOP
Mangadopi raja, parpangkat, mandapothon raja, na boi pangunsandean raja, dalihan na tolu
=> Hari baik untuk menyuapi orang besar (berpangkat) melamar suatu pekerjaan, memanggil roh keluarga, mandi bunga, bersekutu dengan Tuhan Yang Maha Esa

13. SIKKORA LAMBOK
Pangoli anak/pamuli boru, manuan ompu-ompu, partanda, parbalohan, mangebati natuatua, hula, boru, mamokkot jabu, dibagasan tangiang
=> Hari baik untuk pesta perkawinan, mendirikan rumah, mengunjungi orang tua atau mertua, memasuki rumah baru dan mandi bunga

14. SAMISARA PURNAMA
Ulaon harajaon bolon, mangido pasu-pasu, paebathon tu ompungna
=> Hari “Raja”, sangat baik mengadakan pesta besar, pesta muda-mudi, mengantar anak ke rumah mertua, mandi bunga

15. TULA
Losok do roha sadari on denggan do manuan harambir, mangarabi, marsonang-sonang
=> Hari sial, yang baik dilakukan menebas ladang dan menanam kelapa

16. SUMA NI HOLOM
Papunguhon sisolhot dohot angka tutur, mangido tangiang tu Mulajadi Nabolon, denggan sadarion mambahen taontaonan
=> Hari yang kurang baik, tetapi baik untuk memancing dan berburu

17. ANGGARA NI HOLOM
Ulaon parsili ni tondi, buang sial, maranggir, mangarabi, tu balian
=> Hari buang sial, mandi bunga dan membuat obat

18. MUDA NI HOLOM
Manabi eme, marbabo, mandok mauliate tu Mulajadi Nabolon
=> Hari panen padi, sangat baik untuk memulai panen padi, memasukkan padi kedalam lumbung

19. BORASPATI NI HOLOM
Pajongjong sopo sopo di balian, pajongjong batu ojahan, pature tangga ni jabu
=> Hari baik untuk menebang pohon kayu guna bahan bangunan rumah dan memancing

20. SIKKORA MORA TURUN
Mamulung nasa daon (ubat) ni sahit na adong, mamokkot jabu, laho borhat mangaranto, tu luat sileban, paampehon holi tu batu na pir
=> Hari baik untuk mengunjungi sanak famili, pindah rumah dan mengangkat tulang

21. SAMISARA MORA TURUN
Buang sial mangido tangiang, manaon (sabbil), bubu, mangkail
=> Hari baik untuk memasang jerat, memancing dan berburu

22. ARTIA NI ANGGARA
Mambahen daon (ubat) mamungka mangarabi, ulaon parsili ni tondi, mangido gogo tu Mulajadi Nabolon
=> Hari baik untuk turun ke laut, membuang penyakit, mandi bunga, membuat obat, memancing ikat dan membuat obat

23. SUMA NI MATE
Mambahen taon-taonan, marburu, marjala, mangkail tu aek
=> Hari baik untuk berburu dan memancing

24. ANGGARA NI BEGU
Palambok ate ate, mangido tangiang, mambahen daon (ubat), pasahat hamauliateon
=> Hari baik untuk memanjatkan doa, minta rejeki dan mandi bunga

25. MUDA NI MATE
Jumpang ma tingkina, mangarabi hauma, mangaranto, tu luat sileban
=> Hari padi, memanen dan pesta

26. BORASPATI NA GOK
Pasahat sulang sulang tu natua tua, tu hula hula, pangoli anak/pamuli boru
=> Hari baik untuk istrahat, membawa makanan untuk orang tua, mengganti pakaian orangtua, mengunjungi mertua, pesta pernikahan dan membuat obat

27. SIKKORA HUNDUL
Parsili ni tondi, buang sial, mangido tangiang, mambahen daon (ubat), marburu, mangkail
=> Hari penyakit, membuat obat, berburu dan memancing

28. SAMISARA BULAN MATE
Bangkol manghatai, manat mangalangka, mambahen si pir ni tondi, marburu, mangkail
=> Hari baik turun ke laut, membuat penyakit, berburu dan memancing

29. HURUNG
Humurang do uli ni ari, sadarion dohot mangalangka pe hurang do ulina
=> Hari kurang baik, berhati-hati dalam rencana/langkah

30. RINGKAR
Mangujungi panghataion naung tinaringotan hian unang marsihosoman roha, paampehon holi tu batu na pir
=> Hari baik untuk saling maaf-memaafkan (musyawarah) memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

ISTILAH-ISTILAH PEMBAGIAN WAKTU DALAM PARHALAAN

Binsar Mata Ni Ari: Matahari Terbit
Tarbakta: Satu Jam Setelah Matahari Terbit
Tarbakta Raja: Satu Jam Sebelum Matahari Terbit
Moraos: Satu Jam Sebelum Siang
Tingkos: Siang Hari
Guling: Dua Jam Setelah Siang Hari
Guling Dao: Empat Jam Setelah Siang Hari
Potang: Lima Jam Setelah Siang Hari
Lusut Mata Ni Ari: Matahari Terbenam
Atia Mardahan: Senja
Atia Mangan: Waktu Makan Malam
Sampe Modom: Waktu Tidur
Tonga Bomging: Tengah Malam
Menjalang Andostrang: Subuh
An dos Siang: Pagi

Satu hari dalam Parhalaan adalah 24 jam. Pagi dimulai pada pukul 06.00 (saat matahari terbit) dan malam dimulai pada pukul 18.00 (saat matahari terbenam). Sedangkan perhitungan satu malam mulai pukul 18.00 sore sampai pukul 06.00 esok hari. Hal ini berbeda dengan pergantian hari dalam kalender Masehi, dimana hari baru dimulai setelah pukul 24.00. Berikut Istilah-istilah dalam 24 jam:
1. Binsar Mata ni Ari = Pukul 01.00 pagi
2. Pangului = Pukul 07.00 pagi
3. Tarbakta = Pukul 08.00 pagi
4. Tarbaktaraja = Pukul 09.00 pagi
5. Sagang = Pukul 10.00 pagi
6. Humarahos = Pukul 11 .00 siang
7. Hos Pukul 12.00 siang
8. Guling Pukul 13.00 siang
9. Guling Dao = Pukul 14.00 siang
10. Tolu Gala = Pukul 01.00 sore
11. Dua Gala = Pukul 16.00 sore
12. Sagala = Pukul 17.00 sore
13. Mate Mate ni Ari = Pukul 18.00 sore/magrib/matahari terbenam
14. Samon = Pukul 19.00 malam
15. Hatiha Mangan = Pukul 20.00 malam/waktu makan
16. Tungkap Hudon = Pukul 21.00 malam
17. Sampe Modom = Pukul 22.00 malam
18. Sampe Modom na Bagas 23.00 malam
19. Tonga Borngin = Pukul 24.00 tengah malam
20. Haroro ni Panangko =Pukul 01.00 malam
21. Tahuak Manuk I = Pukul 02.00 malam/kokok ayam ke I
22. Tahuak Manuk II = Pukul 03: 00 subuh/kokok ayam ke II
23. Buha-Buha Ijuk = Pukul 04.00 subuh
24. Torang Ari=Pukul 05 .00 pagi

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*