Amerika Serikat Resesi, Ketum KADIN DKI Jakarta Diana Dewi : “Bisa Merembet Negara-negara Lain, Pelaku Usaha Enggan Pinjam Dana Bank”

Media Trans – Jelang perhelatan pertemuan internasional para pemimpin pemerintahan dalam forum G20, yang akan dilaksanakan di Bali 15-16 November 2022, dengan Indonesia saat ini menjadi Presidensi G20, dan masih dalam suasana gejolak perang Rusia dengan Ukraina, dunia internasional dikejutkan dengan terjadinya resesi ekonomi yang melanda Amerika Serikat.

Berdasarkan data dari Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS yang dikeluarkan Kamis (28/7/2022), terjadi kontraksi ekonomi di bawah konsensus yang meramalkan terjadi pertumbuhan positif 0,5%, yang dirilis idxchannel.com hari ini (Rabu 3 Agustus 2022).

Dengan hasil tersebut, secara teknis AS masuk ke jurang resesi setelah mencetak pertumbuhan negatif alias kontraksi sebesar 1,6% pada kuartal I/2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani, saat mengikuti acara Dies Natalis ke-7 PKN STAN, Jumat (29 Juli 2022), kontan bersuara begitu membaca berita kondisi Amerika negatif growth di kuartal II, “Technically masuk resesi,” ujar Sri Mulyani, sebagaimana diberitakan kompas.com Jumat (29/7/2022).

Namun demikian pendapat berbeda disampaikan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Jannet Yellen, yang menyebut, ekonomi AS berada dalam keadaan transisi, bukan resesi.

Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar 2,46 miliar dollar AS pada Juni 2022.

“Dampak resesi Amerika salah satunya akan sangat terlihat pada kinerja ekspor Indonesia, kondisi keuangan AS yang defisit, pasti akan menurunkan jumlah ekspor RI ke negara yang menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia itu” jelas Sri Mulyani dalam kompas.com.

AS menempati posisi ketiga sebagai negara tujuan ekspor RI, berada di bawah China yang menempati posisi pertama.

Pandangan Ketum KADIN DKI Jakarta, Diana Dewi

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Diana Dewi, mengungkapkan pandangannya terhadap kondisi resesi ekonomi AS.

KADIN mengingatkan agar seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, dapat segera bersiap dan menyiapkan upaya antisipasi seiring dengan telah masuknya perekonomian Amerika Serikat (AS) dalam kondisi resesi, Jumat, 29 Juli 2022” demikian ungkap Diana Dewi dalam laman IG@dianadewi.id.

Diana Dewi yang juga CEO PT Suri Nusantara Jaya, lebih lanjut menjelaskan bahwa, sebagaimana diketahui, AS baru saja mengumumkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)nya yang minus 0,9 persen pada triwulan II-2022 lalu. Hal itu menjadi yang kedua kalinya secara berturut-turut, mengingat pada trwulan I-2022 pertumbuhan PDB AS juga minus.

“Dengan demikian, kondisi perekonomian AS resmi masuk dalam kondisi resesi. Tak hanya di AS, kondisi buruk yang ada saat ini pada dasarnya, juga tengah menghinggapi perekonomian dunia secara keseluruhan. Kondisi perekonomian global saat ini masih diliputi oleh ketidakpastian” tandas Diana Dewi yang juga Komisaris Independen BUMN PT. Angkasa Pura Supports.

Diana Dewi mengemukakan kekhawatiran dampak perekonomian AS, yang saat ini tengah terkontraksi, bakal meningkatkan risiko terjadinya resesi perekonomian dunia.

Menurut Ketum KADIN DKI Jakarta, Diana Dewi, saat ini segenap aktivitas perekonomian di hampir seluruh negara didunia, bisa dianggap terkoneksi secara global dengan perekonomian AS.

Kondisi saling terhubung itulah yang disebut Diana, bakal menjadi jalan merembetnya resesi ke negara-negara lain bila tidak diantisipasi dengan baik.

Di lain pihak, Diana juga meyakini bahwa resesi AS bakal berpotensi mendorong pelaku dunia usaha enggan meminjam dana dari perbankan. Jika kondisi ini benar-benar terjadi, maka dampaknya terhadap upaya pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19, juga berpotensi bakal terganggu.

Kemenkeu (Kementerian Keuangan) kan sebelumnya sudah merilis, bahwa bila terjadi tekanan inflasi tinggi di AS maka berpotensi menaikkan suku bunga acuan. Saat bunga tinggi, maka konsumen dapat pengembalian yang lebih tinggi atas uang yang mereka simpan di rekening bank,” tutur Diana.

“Namun, dari sisi pengusaha sendiri, Diana meyakini bahwa tingginya bunga, tentu akan membuat para pelaku usaha bakal berpikir ulang untuk meminjam dana ke bank”, pungkas Diana. (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*