Dialog Perubahan Iklim dan Peluncuran Video Edukasi Peduli Lingkungan, Ketum PGI Serukan Pertobatan Ekologis

Media Trans – Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPH PGI) bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional, yakni pada 21 Februari 2024, bertempat di Grha Oikoumene Kantor MPH PGI Jl Salemba Raya No 10 Jakarta Pusat, meluncurkan video edukasi peduli lingkungan, yang dikemas dengan dialog bertajuk “Edukasi Peran Gereja Dalam Menghadapi Krisis Iklim”.

Empat video edukasi yang diluncurkan merupakan kerjasama PGI dengan Yayasan Manka, dengan narasumber dialog Ketua Yayasan Kesehatan PGI Dr. Agustin Teras Narang, SH., MH, perwakilan Yayasan Manka Juliarta Bramansa Ottay, dan Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) MPH PGI Pdt. Jimmy Sormin. Turut hadir juga Ketua Umum MPH PGI Pdt Gomar Gultom, perwakilan PGI Wilayah DKI Jakarta, perwakilan organisasi/lembaga kristiani, dan perwakilan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

“Suara gereja begitu kuat dalam rangka penyadartahuan bahwa masalah lingkungan atau ekologi menjadi tantangan kita bersama. Bukan hanya saat ini, tapi juga di masa mendatang. Jangan sampai berhenti, melainkan harus berkelanjutan. Gereja sebagai wadah memiliki pengaruh besar dalam rangka meningkatkan kesadaran jemaat terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan,” diutarakan Agustin Teras Narang, yang juga Anggota DPD RI.

Lebih lanjut pria yang juga mantan Gubernur Kalimantan Tengah ini, menjelaskan bahwa, melihat kondisi lingkungan saat ini, tiada jalan lain, perlu penanganan luar bisa dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk gereja, melalui gerakan yang terstuktur, sistematis dan masif.

Teras Narang berharap jemaat tidak hanya sekadar menjadi agen, tetapi juga pelaku pelestarian lingkungan.

“Minimal menyadari bahwa masalah lingkungan adalah tantangan bagi jemaat kita. Ini menjadi penting karena kerusakan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perubahan iklm yang kini sudah kita rasakan,” tandas Teras Narang.

Sementara Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom, dalam kesempatan dialog menyerukan pertobatan ekologis sebagai bentuk kasih terhadap ciptaan Tuhan.

“Banyak hal perlu dilakukan oleh jemaat. Mulai dari menghemat pemakaian air, tidak menyia-nyiakan makanan, tidak menggunakan alat-alat berbahan plastik, menghemat energi, sampai memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan,” ucap Gomar.

Adapun kegiatan Diskusi dan Launching Video Edukasi Peran Gereja Menghadapi Krisis Iklim, merupakan bentuk respon terhadap krisis ekologi, sebagaimana diamanatkan dalam Sidang Raya XVII PGI di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) 2019 lalu. Pendekatan literasi dan/atau menguatkan narasi kepedulian terhadap alam dan krisis ekologi dipandang efektif.

Bidang KKC MPH PGI bekerja sama dengan Yayasan Manka, memproduksi video animasi yang bersifat edukatif tentang hal praktis dalam merespons isu terkait perubahan iklim, antara lain tentang air, sampah, energi, dan hutan. Isu ini merupakan hal krusial untuk direspon di berbagai tempat, khususnya di daerah perkotaan.

Perwakilan Yayasan Manka Juliarta Bramansa Ottay, LSM yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup, menyerukan agar satu sama lain terkoneksi.

“Selama ini, satu sama lain belum terkoneksi sehingga belum ada gerakan bersama. Isu lingkungan masih dilihat sebagai tanggung jawab para aktivis. Padahal persoalan lingkungan harus dilihat sebagai norma umum, karena lingkungan adalah masalah kita semua. Maka kita harus bangkit dari dalam diri sendiri. Harapan kita isu lingkungan menjadi isu bersama dan menjadi bagian dari kehidupan keseharian,” imbaunya.

Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI Pdt. Jimmy Sormin menegaskan perlu ada norma bersama. Salah satunya selaras dengan alam, tidak tamak, menyadari situasi kehidupan ekologis, harus tahu berkata cukup, bisa berbagi kehidupan, dan memperjuang sistim berkecukupan dan berkeadilan.

“Gereja sudah paham betul dengan adanya gerakan yang dilakukan oleh PGI lewat Gereja Sahabat Alam, zero plastik sudah dilakukan. Namun yang namanya norma belum jadi bagian tatanan gereja itu sendiri, masih ada saja yang belum melakukan. Maka perjuangan yang terstruktur, sistematis dan masif butuh komitmen diri,” tandasnya.

Adapun terhadap empat video edukasi yang diluncurkan, PGI mengimbau gereja-gereja untuk mendiseminasikannya kepada umat, secara khusus melalui media informasi yang dimiliki oleh gereja. Misal, LCD projector, LED, media sosial, dan lainnya. Hal ini bisa dilakukan di setiap peribadahan, saat menunggu ibadah untuk dimulai atau pada saat pemberitaan warta jemaat setiap minggunya. (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*