Handi Irawan Djuwadi Ketua Umum Bilangan Research Center, Mengulas Tren Jumlah Umat Kristen di Indonesia : Meningkat atau Menurun ?

Media Trans Ketua Umum Bilangan Research Center (BRC) Handi Irawan Djuwadi, dalam webinar bertajuk “Peta Pertumbuhan Umat Kristen di Indonesia Tahu 2019-2023, Naik atau Turunkah?” menyampaikan ulasan BRC terhadap eksistensi umat kristen di Indonesia, dengan menggunakan data yang telah dirilis oleh instansi Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil).

Ulasan BRC dimaksudkan untuk melihat tren dinamika keberadaan umat kristen berdasar data Dukcapil, ulasan tersebut dapat menjadi pertimbangan/perhatian bagi gereja, lembaga-lembaga keumatan kristiani, lembaga-lembaga misi, dan umat kristen itu sendiri.

Webinar yang diadakan pada Selasa, 4 Februari 2025, diikuti tidak hanya umat kristen beragam latarbelakang di dalam negeri, tetapi juga umat kristen Indonesia yang ada di luar negeri.

Handi mengemukakan bahwa paling penting dalam webinar ini, adalah bagaimana tugas gereja, tanggung jawab sekolah kristen, tanggung jawab lembaga-lembaga misi untuk menyikapi data-data yang diulas.

“BRC ke depannya akan mengadakan 4 atau 5 survey nasional, hasilnya nanti akan dibagikan kepada pimpinan gereja-gereja, dengan harapan berdasar data dan informasi survey tersebut, kita mempunyai hikmat dari Tuhan bagaimana menumbuhkan gereja, bagaimana meningkatkan spiritualitas jemaat, termasuk generasi muda, dan juga berbagai langkah-langkah strategi program maupun action yang diperlukan, agar gereja-gereja di Indonesia dapat bertumbuh, berkembang, menjadi gereja yang sehat bagi kemuliaan Tuhan” jelas Handi sebelum memulai menjelaskan paparan data.

Presentasi Ketum BRC Handi Irawan, yang juga Ketum Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia (MPK Indonesia), meliputi tiga bagian, yakni : Ulasan tren jumlah umat kristen di Indonesia pada 2019-2023, Faktor-faktor penyebab tren tersebut, dan Apa yang perlu dilakukan gereja, sekolah kristen, dan lembaga misi menyikapi tren dimaksud.

Handi juga menjelaskan bahwa data mentah yang menjadi bahan kajian, berasal dari data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), yang dianalisis oleh Tim BRC.

“Sangat mungkin terjadi systematic error yang disebabkan oleh perbedaan agama yang saat ini dianut dan pencatatan, bila systematic error ini diasumsikan konstan, maka data-data yang disajikan masih memiliki tingkat reliabilitas yang baik” jelas Handi.

Jumlah Penduduk Kristen 1980-2020

Berdasarkan data dari hasil Sensus Penduduk (1980-2010) dan data Kementerian Agama (2020), Tim Analisis BRC melihat adanya peningkatan jumlah penduduk dari 1980 hingga 1990 sebesar 27,2%, yakni dengan penyederhanaan, semula 8,5 juta menjadi 10,8 juta.
Tren peningkatan terjadi pada 10 tahun kedua, yakni 1990-2000, yakni meningkat 9,2%, dari 10,8 juta menjadi 11,8 juta. Berlanjut ke 10 tahun berikutnya, tren peningkatan masih terjadi, yakni sebesar 39,8 % ditahun 2010 menjadi 16,5 juta. Pada tahun 2020, jumlah penduduk kristen menjadi 20,4 juta, ini meningkat 23,5 % dari tahun 2010.

Bagaimana dengan jumlah pada periode 2019-2023 ? Berdasar data Dukcapil, Tim BRC mencatatkan bahwa tren peningkatan masih terjadi pada periode 2019-2020, walau cenderung kecil angkanya, yakni sebesar 0,8%, sehingga dari jumlah 20,2 juta ditahun 2019 menjadi 20.405.772 pada 2020. Tren peningkatan masih berlanjut ke tahun 2021, walau angkanya mengecil yakni 0,2%, menjadi 20.451.589.

Masih berlanjut tren meningkat ditahun 2022, yakni 1% dari tahun 2021, menjadi 20.647.769. Besaran peningkatan mengecil pada 2023, yakni 0,8% dari tahun 2022, sehingga jumlah di 2023 adalah 20.806.470.

Persentase Jumlah Penduduk Kristen 2019-2023

Sementara data persentase jumlah penduduk pada periode 2019-2023, disampaikan Handi, relatif konstan persentase jumlah penduduk kristen, yakni 2019 (7,60%), 2020 (7,52%), 2021(7,47%), 2022 (7,43%), pada 2023 (7,41%).

Persentase jumlah penduduk kristen di 6 wilayah pulau (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, Maluku dan Papua), didapati mayoritas persentase tren menurun, kecuali di Kalimantan cenderung konstan.

Pada kupasan data persentase di Jakarta, pada periode 2019-2023, menunjukan tren meningkat, demikian juga dengan Banten, tetapi tren menurun terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta, hal ini terjadi dikarenakan kemungkinan migrasi penduduk karena faktor menempuh pendidikan, dan pekerjaan/usaha.

Untuk wilayah Sumatera, tren meningkat terjadi di Sumatera Barat, Jambi, Riau, Kep Riau, dan Kep Bangka Belitung, sedangkan tren menurun di Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung.

Pada wilayah Kalimantan, tren meningkat ada pada Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan, sementara untuk Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah tren menurun.

Tren menurun terjadi disemua wilayah Sulawesi, yakni Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,. Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.

Untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara, hanya Bali menunjukan tren meningkat, NTB cenderung menurun, dan NTT konstan. Sedangkan pada koridor Maluku dan Papua, didapati data tren menurun di Maluku Utara, tren meningkat di Maluku, dan konstan untuk Papua.

Tren menurun pun terjadi pada koridor kelahiran (natalitas), pada 2019 tingkat kelahiran (usia 0-4 tahun) penduduk kristen sebesar 6,86%, menurun menjadi 6,57% ditahun 2023.

Perlu Riset Lanjutan

Menutup paparannya, Ketum BRC Handi Irawan mengemukakan bahwa diperlukan riset lanjutan (further research), sebagai rekomendasi kajian:
a. Apa yang menyebabkan tingkat natalitas keluarga Kristen cenderung rendah? Apakah karena pertimbangan ekonomi, menunda usia pernikahan, dan budaya childfree (termasuk penafsiran ulang perintah Tuhan untuk beranak cucu)?
b. Untuk pasangan yang menikah beda agama, bagaimana kecenderungan perpindahan agama? Apakah ikut agama suami atau istri?
c. Manakah channel yang paling efektif untuk pelayanan Amanat Agung? Sekolah Kristen, lembaga misi, atau kehadiran gereja? (DED)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*