Media Trans – Kabar teranyar Primaya Hospital PGI Cikini, tengah mencuat kabar adanya fitnah yang dilontarkan Direktur Primaya Hospital PGI Cikini dr. Tweggie Hellina kepada seorang petugas Customer Service Primaya Hospital PGI Cikini, yang sudah bekerja 30 tahun lebih, sejak masih bernama RS PGI Cikini, serta fitnah kepada keluarga pasien yang juga sudah lama menjadi pasien RS PGI Cikini.
Parningotan Pardede beserta istri, drh. Yunisar SM Siahaan adalah keluarga pasien sejak masih bernama RS PGI Cikini, saat itu tahun 1990 an, anak mereka penderita hidrosefalus mendapatkan perawatan di RS PGI Cikini, dalam proses perawatan tersebut, mereka berkenalan dengan seorang perawat anak, bernama Lidia Sembiring, demikian dikisahkan pasangan suami istri kepada media saat dijumpai usai memenuhi undangan pertemuan dengan Direktur Primaya Hospital PGI Cikini dr. Tweggie Hellina, jelang sore Senin 29 Agustus 2022 di kantin rumah sakit.
Keramahan perawat Lidia menangani pasien maupun keluarga pasien, menjadi akrab dengan keluarga Pardede hingga saat ini.
Fitnah Direktur Primaya Hospital PGI Cikini, Berawal Kisruh Nomer Antrian Pasien
Dituturkan Parningotan Pardede, bahwa dirinya pada April 2022 ke Primaya Hospital PGI Cikini, sebagai pasien BPJS yang akan berobat jalan, Parningotan mendapatkan nomer antrian 02, namun dikarenakan ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan, dia tidak bisa menunggu lebih lama di rumah sakit.
“Saya telpon istri saya, minta tolong ke Lidia Sembiring, untuk membantu mendaftarkan, lalu saya kembali ke rumah sakit, saya mendapatkan nomer 22, saya komplen ke CS (customer service), saya tanya dari nomer 02 menjadi 22 jauh sekali, petugas CS saat itu Lidia ini (menunjuk ke Lidia Sembiring), saya bilang apakah BPJS merupakan warga negara kelas dua, kau bisa tangani ini Lid? Kata Lidia, kalau sudah sampai gini susah Bang” ujar Parningotan.
Parningotan menemui pihak manajemen rumah sakit, menanyakan masalah yang dialaminya, dia bertemu Rani dan menanyakan perihal perubahan nomer antri pasien.
Dijelaskan Rani bahwa ada nomer yang harus disediakan untuk pasien pribadi, dan pasien asuransi biasa, berdasar penjelasan Rani, Parningotan menanggapi dengan berpandangan bahwa pasien BPJS tidak menjadi nomer dua, tetapi sudah dinomertigakan.
Dirasakan penjelasan Rani tidak menyelesaikan masalah, Parningotan mengajukan komplen resmi ke BPJS.
Pada 17 Mei 2022 BPJS mengadakan pertemuan dirumah sakit, hadir selain Parningotan, pihak rumah sakit hadir Direktur Primaya Hospital PGI Cikini dr Tweggie Hellina, dr Madya, Silvana sebagai moderator, dan Lidiana Sembiring, serta perwakilan BPJS Jakarta Pusat dr Santi Togatorop, Vera, Tyas, dan Diah.
“Hasil pertemuan tersebut, dinyatakanlah bahwa kami akan memperbaiki sistem, sudah itu rumah sakit tidak akan menomer duakan apalagi menomertigakan pasien BPJS” jelas Parningotan, namun demikian Parningotan dalam pertemuan tersebut mempertanyakan kenapa yang hadir dari Customer Service Liadiana Sembiring dan bukan Lidia Sembiring yang mengetahui masalah nomer antrian, selain komplen tidak diundangnya hadir Lidia Sembiring, Parningotan juga mengungkapkan keluhannya tentang sikap Rani, juga sebagai Sekretaris Direktur, yang menegur keras Lidia Sembiring saat mengatakan bahwa pendaftaran pasien online belum berfungsi.
Parningotan menegaskan bahwa dalam pertemuan 17 Mei 2022 dengan BPJS, dirinya tidak ada mengatakan bahwa dirinya mendapat info ataupun nomer handphone Prof Yos (Prof Dr. Yos E. Susanto, founder dan Chairman Primaya Hospital) dari Lidia Sembiring.
Lidia Sembiring selaku petugas Customer Service yang terkait langsung dengan masalah nomer antri Parningotan Pardede, kepada media menyampaikan kilas balik dirinya mendapat fitnah dilakukan dr. Tweggie Hellina Direktur rumah sakit.
“Saya dipanggil Dokter Tweggie, saya lagi dinas dibagian Customer Service, dia panggil saya ‘Bu Linda Bu Linda nanti jam 1 datang ya ke kantor saya’ kata dia, walaupun nama saya bukan Linda, nama saya Lidia, karena dia pegang pundak saya, mungkin tujuan bahasanya ke saya kan, lalu jam 1 saya datang ke kantor Direktur” kisah Lidia.
Lidia bertemu dr Tweggie diruangan Direktur, dijelaskan Lidia, saat itu ada bapak dan ibu tidak jauh dari posisi dirinya, berjarak beberapa meja, namun Lidia tidak tahu pasti siapa mereka, dan apakah mereka mendengarkan percakapan dirinya dengan Direktur rumah sakit dr. Tweggie Hellina.
Saat menemui dr Tweggie, Lidia ditanya kedekatan dengan keluarga Pardede.
“Ibu sudah lama kenal dengan keluarga Pak Pardede?” tanya dr Tweggie ke Lidia.
Lidia menjelaskan bahwa dirinya sudah lama mengenal keluarga Pardede, sejak 1990 an saat anak Keluarga Pardede yang menderita hidrosefalus mendapatkan perawatan di RS PGI Cikini, dan saat itu Lidia merupakan perawat pasien anak, hubungan sebatas pasien dan perawat.
Lebih lanjut Lidia menceritakan bahwa, dirinya bertemu kembali dengan keluarga Pardede, saat dirinya bertugas di Customer Service.
Dokter Tweggie merespon penjelasan Lidia, dengan mengatakan “Oh iya, tapi kelihatannya Ibu akrab sekali dengan keluarga pasien ini ya?” lalu ditanggapi Lidia dengan menjelaskan bahwa dirinya bisa akrab dengan siapa saja, ditegaskan Lidia bahwa dirinya tidak ada hubungan khusus dengan keluarga Pardede.
Lebih lanjut Dokter Tweggie menyampaikan “Iya Bu, Ibu boleh akrab dengan keluarga ini, boleh baik, tapi nggak boleh dong mengasih informasi rumah sakit Cikini ini kepada keluarga mereka, sampai sampai nomer telepon Prof Yos dan Ibu Lani mereka tahu” demikian diceritakan Lidia.
“Dokter bilang saya ngasi informasi Dok, ngasi nomer telepon? Dokter Tweggie aja Direktur rumah sakit, saya tidak ada nomer HP dokter, apalagi nomer Prof Yos dan Ibu Lani, mana orangnya pun saya tidak tahu, apalagi nomer HP nya, itu fitnah bagi saya Dok, saya tidak terima” urai Lidia.
Minggu depan setelah pertemuan tersebut, Lidia menemui pimpinannya Surya Rama Kadiv Marketing, Customer Service berada dibawah Marketing. Lidia menyampaikan bahwa dirinya mendapatkan tuduhan fitnah dari Direktur rumah sakit, dia minta dibantu bertemu dr Tweggie menyelesaikan masalah tuduhan fitnah.
Saat dirinya sempat bertemu dr Tweggie, dan meminta penjelasan tentang tuduhan fitnah yang disampaikan ke dirinya, Dokter Tweggi menyangkal tuduhan fitnah tersebut.
“Saya ga ada ngomong begitu” ujar dr Tweggie seperti merasa tidak bersalah, demikian diceritakan Lidia.
Berdasarkan uraian Parningotan Pardede dan istri, serta Lidia Sembiring, setelah dipertegas media, ada dugaan fitnah yang dialami keluarga Parningotan Pardede, juga fitnah dialami Lidia Sembiring pegawai rumah sakit bagian Customer Service.
Dalam perkembangannya, Lidia Sembiring beserta Parningotan Pardede dan istri, mendatangi kantor Polsek Menteng untuk melaporkan perbuatan dugaan fitnah yang dialami. Pihak kepolisian mengarahkan untuk penyelesaian secara kekeluargaan.
Direktur Tweggie Hellina mengadakan pertemuan pada Senin 29 Agustus 2022, diundang hadir Lidia Sembiring, Parningotan Pardede dan istri, serta perwakilan kepolisian.
Setelah pertemuan, kekecewaan Lidia Sembiring serta Parningotan Pardede dan istri, tidak kunjung reda, bahkan mereka seperti bertambah kesal kepada Direktur rumah sakit, dr. Tweggie Hellina, yang dalam pertemuan menyangkal melakukan fitnah, dia mengatakan bahwa dirinya hanya bertanya.
Merasa kecewa dengan sikap Direktur Primaya Hospital PGI Cikini, dr. Tweggie Hellina, yang menyangkal melakukan tuduhan fitnah kepada Lidia Sembiring pegawai senior petugas customer service rumah sakit, dan terhadap keluarga Pardede keluarga pasien lama rumah sakit, mereka akan menempuh jalur hukum, dengan akan membuat laporan polisi.
Usai pertemuan dengan keluarga Pardede dan Lidia Sembiring dikantin rumah sakit, ternyata Dokter Tweggie datang ke kantin hendak makan, setelah makan, media menjumpai Dokter Tweggie untuk meminta waktu mendapatkan keterangan cover both side terkait adanya tuduhan fitnah, namun Dokter Tweggie tidak mau memberikan keterangan. (DED)
Be the first to comment