Media Trans – Hiruk pikuk menuju pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah – Wakil Kepala Daerah tahun 2024, pasca Pemilu 2024 kian memanas, berbagai manuver dan pergerakan figur yang berniat maju menjadi Calon Kepala Daerah ataupun Calon Wakil Kepala Daerah, kian marak diberitakan baik oleh media massa, media online, termasuk juga media sosial.
Salah satu figur yang viral diberitakan dan dibicarakan banyak kalangan, diyakini akan berproses menjadi Calon Kepala Daerah pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara, yakni Nikson Nababan purna Bupati Kabupaten Tapanuli Utara dua periode.
Nikson Nababan tidak sedikit meraih penghargaan dan apresiasi saat memimpin Kabupaten Tapanuli Utara selama 2 periode berturut-turut, bahkan banyak catatan prestasi ditorehkannya, bahkan hingga mendapat penghargaan gelar kebangsawanan dari Keraton Surakarta. Modal sosial dan prestasi riil mengurus Kabupaten Tapanuli Utara, diyakini banyak pihak cukup untuk menghantar Nikson Nababan menjajal kontestasi menuju Pilkada Gubernur Sumatera Utara.
Usai mengikuti Rakernas PDI Perjuangan, Nikson Nababan menjumpai rekan-rekan se-profesinya sebelum menjadi Bupati, yakni Jurnalis, untuk lepas kangen dan berdialog tentang banyak hal, terkait Sumatera Utara khususnya. Pertemuan Nikson Nababan dengan puluhan jurnalis kristiani, difasilitasi oleh DPP PERWAMKI, bertempat di Media Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Jakarta Pusat, pada Senin 27 Mei 2024.
Terungkap dalam dialog tersebut, Nikson menyayangkan banyak media yang dalam menulis tentang proses pilkada, cenderung menulis si A mau maju, atau si B mau maju hanya sekadar. Menurut Nikson, untuk menjadi pemimpin itu tidak sekedar hanya mau, atau seruan politik, tetapi dibutuhkan pemikiran, gagasan, dan proses yang tidak singkat.
“Membangun suatu daerah butuh konsep yang komprehensif dan pemikiran yang mendasar. Kalau baru sebatas keinginan, tanpa didasari konsep jelas, bila terpilih akan bingung mau melakukan apa,” ujar Bupati Tapanuli Utara dua periode (2014-2024) yang kini bergelar Doktor Ilmu Pemerintahan.
Nikson meminta rekan-rekan jurnalis agar bisa lebih jernih lagi dalam menulis berita, dan tidak terkooptasi pada faktor-faktor X. “Kita harus sajikan berita yang berimbang dan berkeadilan. Jangan menjelek-jelekkan satu pihak dan menyanjung yang lain,” tandas Nikson.
Nikson yang belum lama ini meluncurkan buku berjudul “Desa Kuat, Kota Maju, Negara Berdikari: Membangun Desa Berbasis Data Presisi”, mengeluarkan suatu model kerja pembangunan yang dinamainya seperti halnya nama depan dirinya, NIKSON, yang merupakan hasil riset saat masih menjabat Bupati. Buku tersebut berisi tentang proses perencanaan pembangunan berbasis data yang dimulai dari desa, sekaligus, memperkenalkan gagasan baru agar suatu program pembangunan tepat sasaran: by name, by address, by coordinate.
.“Sekarang orang ramai bicara smart city (kota cerdas). Padahal, yang harus didahulukan adalah smart village (kampung cerdas). Smart city dan smart village harus berjalan beriringan baru negara bisa maju,” tandas Nikson.
“Pembangunan itu semestinya bersifat bottom-up atau dari bawah ke atas, dimulai dari desa,” jelas Nikson Nababan.
Dipenghujung dialog dengan rekan-rekan jurnalis, Nikson mendapatkan penghargaan dari DPP PERWAMKI, berupa penyematan jaket PERWAMKI dan selempang ulos, dan terdengar seruan sejumlah jurnalis untuk mendukung proses majunya Nikson Nababan menjadi Calon Gubernur Sumatera Utara. (DED)
Be the first to comment